New York, Amerika Serikat (ANTARA News) - Para demonstran turun ke jalan-jalan di Kota New York selama empat hari berturut-turut untuk menentang pemilihan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Pada Jumat (11/11) waktu setempat, sekitar 1.200 orang berkumpul di kawasan Washington Square di Manhattan, beberapa di antaranya membawa balon-balon merah besar dan plakat berlambang hati dengan tulisan "peace and love" (perdamaian dan cinta).

Demonstran lain memegang papan bertulisan "Your Wall Can't Stand in Our Way" (tembokmu tak menghalangi jalan kami), merujuk pada dinding penghalang imigran yang menurut Trump akan dibangun di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko.

Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka ingin menunjukkan solidaritas kepada mereka yang menjadi sasaran kebijakan Trump setelah sang miliarder mengambil alih kekuasaan pada Januari, termasuk warga Meksiko dan Muslim.

"Kami di sini untuk mendukung orang-orang yang dihina Trump, untuk menunjukkan kepada anak kami bahwa kami semua punya suara, dan akan membela hak rakyat," kata Kim Bayer (41).

"Kami khawatir pemerintahan Trump akan menjadi bencana bagi hak asasi manusia. Saya tidak pernah merasa sangat takut sepanjang hidup saya. Kami perlu keluar dan bersuara lantang."

Pengunjuk rasa yang lain, Jamie (25), mengatakan demonstrasi ditujukan untuk "menyampaikan pesan cinta kepada siapapun yang merasa terancam, yang takut menjadi sasaran, kepada para imigran, kepada minoritas, kepada siapapun yang terguncang oleh hasil (pemilihan presiden)."

"Ada banyak ketidakpastian dan kami perlu mengirimkan pesan cinta," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Penyelenggara unjuk rasa berencana menggelar demonstrasi besar lain di lokasi yang sama pada Sabtu.