Akademisi: Pahlawan beri contoh jihad yang benar
11 November 2016 14:02 WIB
Dokumentasi peziarah meletakkan sekuntum bunga mawar merah di atas nisan makam Pahlawan Revolusi, Jenderal TNI Ahmad Yani, usai upacara ziarah nasional, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (10/11/2016). Upacara tersebut dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Akademisi UIN Syarif Hidayatulah, Bambang Pranowo, mengatakan generasi sekarang hendaknya meneladani para pahlawan yang telah menerapkan jihad secara benar.
"Kemerdekaan negeri ini merupakan hasil jihad para pahlawan yang disemangati oleh ajaran Islam, bukan jihad yang keliru seperti yang dilakukan kelompok radikal," kata dia, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, jihad di era kemerdekaan adalah dengan merawat dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan.
"Jadi, salah besar kalau kita malah merusak NKRI ini," kata guru besar sosiologi agama itu.
Ia mengatakan generasi muda Indonesia perlu memperdalam pemahamannya mengenai resolusi jihad yang ditanamkan KH Hasyim Asyari, Bung Tomo, dan Panglima Besar Jenderal Soedirman agar tidak gampang terpengaruh propaganda jihad kelompok radikal.
Selain itu, pemahaman sejarah kepahlawanan juga harus benar-benar ditanamkan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, baik melalui jalur formal maupun nonformal.
"Kalau dulu ada program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Itu harus digalakkan lagi, apalagi dalam UUD 45 disebutkan bahwa bela negara itu wajib. Tapi pelaksanaannya harus disesuaikan dengan gaya generasi muda," kata Bambang.
Menurut dia pelajaran P4 bisa dilakukan melalui pertunjukan seni budaya, olahraga, lomba-lomba, dan pertunjukan film-film sejarah perjuangan yang dilakukan pahlawan bangsa masa lalu.
"Film-film seperti itu harus diputar di depan anak-anak muda. Dengan begitu rasa cinta tanah air dan kebangsaan generasi muda akan lebih kuat dalam membendung masuknya budaya dan propaganda kekerasan," kata dia.
"Kemerdekaan negeri ini merupakan hasil jihad para pahlawan yang disemangati oleh ajaran Islam, bukan jihad yang keliru seperti yang dilakukan kelompok radikal," kata dia, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, jihad di era kemerdekaan adalah dengan merawat dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan.
"Jadi, salah besar kalau kita malah merusak NKRI ini," kata guru besar sosiologi agama itu.
Ia mengatakan generasi muda Indonesia perlu memperdalam pemahamannya mengenai resolusi jihad yang ditanamkan KH Hasyim Asyari, Bung Tomo, dan Panglima Besar Jenderal Soedirman agar tidak gampang terpengaruh propaganda jihad kelompok radikal.
Selain itu, pemahaman sejarah kepahlawanan juga harus benar-benar ditanamkan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, baik melalui jalur formal maupun nonformal.
"Kalau dulu ada program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Itu harus digalakkan lagi, apalagi dalam UUD 45 disebutkan bahwa bela negara itu wajib. Tapi pelaksanaannya harus disesuaikan dengan gaya generasi muda," kata Bambang.
Menurut dia pelajaran P4 bisa dilakukan melalui pertunjukan seni budaya, olahraga, lomba-lomba, dan pertunjukan film-film sejarah perjuangan yang dilakukan pahlawan bangsa masa lalu.
"Film-film seperti itu harus diputar di depan anak-anak muda. Dengan begitu rasa cinta tanah air dan kebangsaan generasi muda akan lebih kuat dalam membendung masuknya budaya dan propaganda kekerasan," kata dia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: