Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menginginkan seluruh lapisan masyarakat dapat mewaspadai bahaya narkoba yang sengaja disusupkan oleh berbagai pihak yang dinilai ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

"Di manapun tempat, saya bertemu orangtua korban narkoba, saya merasakan getaran hati mereka. Mereka selalu ingin menyembunyikan anak-anaknya yang korban narkoba. Orangtua yang anaknya terkena narkoba. Itulah sebagian yang bisa dilihat dari bahayanya narkoba," kata Oesman Sapta dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, ada saja pihak yang tidak suka terhadap kesatuan dan persatuan NKRI, dan mereka berusaha memecah belah bangsa dengan menggunakan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan narkoba.

Narkoba, menurut Oesman Sapta, digunakan oleh pihak yang tak suka melihat bangsa Indonesia bersatu, karena barang haram ini mudah diselundupkan dalam kehidupan generasi muda.

Akibatnya, lanjutnya, banyak generasi muda yang lupa terhadap bangsa dan negaranya, juga lupa terhadap kewajibannya.

Sebagaimana diwartakan, Majelis Ulama Indonesia membentuk Gerakan Nasional Anti Narkoba (Ganas Anar) sebagai bentuk tanggung jawab kepada umat Islam Indonesia agar tidak terjebak bahaya narkoba.

Lembaga ini bagian dari sayap MUI yang bertugas menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba yang saat ini sudah massif di masyarakat sehingga MUI tergerak untuk berpartisipasi menanggulangi dari kerusakan masyarakat, kata Ketua MUI Dr KH Maruf Amin disela pembukaan Muzakarah Nasional Anti Narkoba di Jakarta, Rabu (9/11).

Majelis Ulama Indonesia (MUI), kata Maruf, membentuk "Ganas Anar" yang akan disandingkan ke lembaga anti narkoba lainnya, yakni Badan Narkoba Nasional (BNN) dan Kepolisian.

Sementara itu, Jaksa Agung HM Prasetyo menyerukan penegak hukum di kawasan ASEAN dan Tiongkok bahu membahu untuk memerangi peredaran narkoba, perdagangan manusia serta kejahatan transnasional lainnya.

"Diperlukan kesamaan persepsi bahwa pelaku kejahatan di satu negara, juga merupakan musuh bersama di negara lain," katanya pada Konferensi Jaksa Agung Tiongkok-ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos, Rabu (9/11).

Prasetyo melihat para penegak hukum tidak dapat lagi mengandalkan strategi konvensional untuk mengatasi fenomena kejahatan lintas negara yang semakin kompleks dan terorganisasi.