Yerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Rabu, mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, dan mengatakan percaya persekutuan kedua negara itu tumbuh lebih kuat.

Dalam pernyataan disiarkan kantornya, Netanyahu merujuk kepada Trump sebagai "teman sejati negara Israel", dan berharap bisa membawa hubungan dengan Amerika Serikat ke "tingkat tinggi baru" selama masa pemerintahan Trump.

"Kami akan bertindak bersama guna memajukan keamanan, kestabilan dan perdamaian di wilayah kami," kata Netanyahu. Ia menambahkan, ikatan kuat Israel dengan Amerika Serikat dilandasi atas "kepentingan timbal-balik".

Nenyatahu menahan diri dari mensahkan calon mana pun selama kampanye presiden Amerika Serikat baru-baru ini. Ia mengadakan dua pertemuan terpisah dengan kedua calon tersebut di New York.

Selama kampanyenya, Trump memihak kepada Israel dan berikrar mengakui Yerusalem Timur sebagai bagian dari ibu kota Israel. Israel menduduki wilayah kebanyakan dihuni orang Palestina itu pada 1967 dan belakangan mencaploknya dalam tindakan tidak pernah diakui masyarakat dunia.

Trump mengalahkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam persaingan ketat untuk masuk Gedung Putih.

Lembaga penyiaran utama Amerika Serikat memproyeksikan Trump meraih lebih dari 270 suara elektoral yang diperlukan untuk menjadi presiden Amerika Serikat, sementara Clinton telah mengakui kekalahannya.

Markas pemilihan Trump meledak dalam kegembiraan saat berita mengenai kemenangannya muncul dari berbagai negara bagian. Sambil melambaikan tangan ke arah kerumunan pendukungnya, Trump --di dalam pidato kemenangannya-- berikrar akan menjadi presiden buat semua orang Amerika.

"Sudah tiba waktunya buat Amerika untuk membalut luka perpecahan" dan "tiba waktunya untuk tampil sebagai satu kesatuan", kata Trump.

Namun, pidato kemenangannya gagal menghilangkan keprihatinan mengenai perpecahan besar di seluruh negeri tersebut.