Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa sentimen pemilu presiden Amerika Serikat yang cenderung negatif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) bersifat jangka pendek.
"Ada sedikit hilang kepecayaan di pasar ketika Donald Trump menang. Hasil ekonomi kita sebenarnya bagus, tetapi saat ini psikologis pasar yang sedang bermain, bukan faktor fundamental ekonomi kita. Namun, efek psikologis itu hanya sebentar," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga cenderung khawatir mengenai cara kerja Donald Trump dalam mengelola ekonomi Amerika Serikat ke depannya.
Kendati demikian, Tito Sulistio optimistis potensi harga saham di dalam negeri kembali bergerak ke area positif cukup terbuka mengingat fundamental ekonomi Indonesia yang sedang berada dalam tren penguatan.
Hal senada juga dikatakan Analis dari Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo. Ia mengatakan bahwa sentimen negatif di bursa saham domestik relatif jangka pendek mengingat sejumlah data ekonomi Indonesia masih mengalami pertumbuhan.
"Secara fundamental, ekonomi Indonesia tidak banyak masalah, masih mengalami pertumbuhan, sentimen itu yang selanjutnya akan menjaga pasar saham domestik," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (7/11) mencatat, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2016 tumbuh 5,02 persen, sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III-2016 telah mencapai 5,04 persen.
Sementara itu terpantau, IHSG BEI pada Rabu (9/11) ini ditutup melemah 56,36 poin atau 1,03 persen menjadi 5.414,32. IHSG BEI sempat mengalami tekanan hingga ke posisi 5.360 poin pada sesi siang tadi.
Menurut Lucky Bayu Purnomo, IHSG BEI yang masih terjaga di level 5.400 poin menunjukan investor masih optimistis terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
BEI: sentimen pemilu AS bersifat jangka pendek
9 November 2016 16:47 WIB
Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio (ANTARA /Audy Alwi)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: