Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp13.126, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.082 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang rupiah tertekan di awal sesi perdagangan terhadap dolar AS seiring dengan penantian pasar pada hasil pemilu Amerika Serikat.

"Pelaku pasar uang mulai megalihkan perhatiannya ke sentimen eksternal setelah sebelumnya cukup merespon positif data ekonomi domestik," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang mengalami pelemahan juga turut menekan laju mata uang komoditas, termasuk rupiah.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (9/11) pagi ini berada di posisi 43,13 dolar AS per barel, turun 4,11 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 44,42 dolar AS per barel, melemah 3,52 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa perolehan dukungan suara yang ketat antara kandidat presiden Partai Demokrat, dan kandidat presiden Partai Republik mendorong pelaku pasar mengamankan sebagian asetnya untuk keluar dari pasar mata uang berisiko.

"Kondisi itu membuat dolar AS masih berada dalam arus penguatan," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi dolar AS juga dipicu oleh selera pasar yang meningkat terhadap dolar AS karena semakin dekatnya keputusan bank sentral AS (The Fed) yang berpotensi untuk meningkatkan suku bunga AS pada bulan Desember 2016.