New York (ANTARA News) - Saham-saham AS berakhir naik untuk kedua sesi berturut-turut pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor berspekulasi kandidat Demokrat Hillary Clinton akan memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat.
Wall Street melihat mantan menteri luar negeri itu sebagai kandidat status quo yang memberikan stabilitas bagi pasar, sementara kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, sikapnya tentang kebijakan luar negeri, perdagangan dan imigrasi memberikan ketidakpastian.
Data perusahaan VoteCastr, yang menyediakan informasi pemilu "real-time" melalui saluran-saluran berita, termasuk Slate, menunjukkan Clinton dengan memimpin di awal di antara pemilih di Florida, sebuah negara bagian yang harus dimenangkan Trump.
Beberapa investor mengatakan data VoteCastr ini mendorong harga saham lebih tinggi, meskipun banyak yang mempertanyakan keakuratannya.
Clinton memiliki peluang 90 persen mengalahkan Trump, menurut jajak pendapat akhir Reuters/Ipsos States of the Nation yang dirilis pada Senin.
"Pasar berspekulasi bahwa kemenangan Clinton akan mengangkat awan ketidakpastian yang kita sudah hadapi selama dua minggu terakhir," kata Michael James, direktur perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles. "Kami pada dasarnya kembali ke tempat kita yang pekan lalu. Pasar sudah kelebihan jual (oversold)."
Setelah memulai sesi dengan sedikit kerugian, Dow Jones industrial average berakhir naik 0,4 persen menjadi 18.332,43 poin dan S&P 500 meningkat 0,38 persen menjadi 2.139,53 poin. Indeks komposit Nasdaq bertambah 0,53 persen menjadi 5.193,49 poin.
Indeks Volatilitas CBOE, dijuluki "ukuran ketakutan" Wall Street, membalikkan peningkatan awal dan merosot 0,9 persen setelah setelah membukukan penurunan terbesar satu hari sejak akhir Juni pada Senin.
IShares MSCI Mexico Capped ETF, dikenal akhir-akhir ini sebagai yang "Trump ETF," naik 1,75 persen. ETF dipandang sebagai barometer peluang Trump memenangkan pemilu presiden sejak kebijakan dia dianggap negatif bagi Meksiko.
Clinton berada di jalur untuk memenangkan 303 suara dalam "electoral college" terhadap 235 untuk Trump, memperjelas 270 suara yang dibutuhkan untuk kemenangan. Ia juga memimpin Trump sekitar 44 persen hingga 39 persen dalam "popular vote", menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos.
Indeks S&P 500 telah naik 2,6 persen sejak FBI mengatakan pada Minggu (6/11) bahwa pihaknya tidak akan melakukan tuntutan pidana terhadap Clinton atas penggunaan server surat elektronik pribadi, sebuah pengumuman yang dilihat sebagai meningkatkan peluangnya di tempat pemungutan suara.
Saham Smith & Wesson Holding naik 2,15 persen. Penjualannya telah diuntungkan di masa lalu dari ketakutan di antara pemilik senjata dari peningkatan kontrol senjata.
Aetna dan Anthem melonjak lebih dari 2,7 persen. Kedua asuransi kesehatan ini telah diuntungkan dari Affordable Care Act (Undang-undang Perawatan yang Terjangkau), di mana Clinton telah berjanji akan memperpanjangnya.
Saham-saham yang menguat melebihi yang menurun di NYSE dengan rasio 1,32:1, dan di Nasdaq dengan rasio 1,21:1.
Indeks S&P 500 membukukan 22 tertinggi 52-minggu baru dan tiga posisi terendah baru; komposit Nasdaq mencatat 60 tertinggi baru dan 86 terendah baru.
Sekitar 7,0 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas rata-rata harian selama 20 sesi terakhir sebanyak 6,7 miliar.
Wall Street naik karena investor berspekulasi untuk kemenangan Hillary
9 November 2016 05:36 WIB
New York Stock Exchange. (nyse.com)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: