Kuala Lumpur (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Masurdi, meminta kepada pihak Malaysia untuk meningkatkan pengamanan di perairannya sehubungan terjadinya penculikan terhadap nelayan Indonesia.

"Nelayan ini bekerja resmi di Malaysia karena itu diperlukan lagi pemantauan atau satu tindakan yang betul-betul konkrit untuk menjamin keamanan perairan di Malaysia," ujar Retno usai bertemu Menlu Malaysia, Dato Seri Anifah Aman di Kuala Lumpur, Senin.

Retno mengatakan kunjungannya ke Malaysia memang sangat mendadak untuk merespon terjadinya kembali penculikan dua warga negara Indonesia yang terjadi di Perairan Malaysia.

"Jadi kalau kita lihat dalam tahun ini Indonesia menjadi korban penculikan-penculikan yang terjadi. Dalam satu tahun ini terjadi enam kali penculikan. Tiga kali penculikan terjadi di wilayah Perairan Filipina, tiga kali di wilayah Perairan Malaysia," katanya.

Khusus untuk di Malaysia, ujar dia, peristiwa ini terjadi setelah Mei lalu pihaknya bertemu di Yogyakarta kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan bilateral.

"Jadi kalau dulu fokusnya kita berbicara tentang koridor, sea marshall dan sebagainya. Maka sekarang dihadapkan pada situasi baru juga terjadi pada nelayan-nelayan Indonesia yang bekerja di Malaysia dan terjadinya di Perairan Malaysia," katanya.

Karena itu, lanjut dia, sekali lagi sebagai respon pihaknya terhadap peristiwa terakhir pada Sabtu lalu maka dia langsung terbang ke Malaysia bertemu dengan Menlu Malaysia.

"Dan malam ini saya terbang ke Kinabalu untuk bertemu dengan Chief Minister Sabah dan Eastern Sabah Security Command dan saya akan langsung terbang ke Sandakan untuk bertemu dengan asosiasi pemilik kapal dan bertemu dengan para nelayan kita," katanya.

Intinya pesan yang ingin dia sampaikan, ujar Retno, Indonesia mempunyai concern yang dalam terhadap terjadinya atau berulangnya kasus penculikan baik yang terjadi di Perairan Filipina maupun Perairan Malaysia.

"Pada saat saya saya sampaikan ke Menlu Malaysia, dia mempunyai concern yang sama terhadap kasus-kasus penculikan yang terjadi di wilayah mereka," katanya.

Yang kedua karena ini situasi baru, ujar dia, saat bertemu Maret belum dibahas secara detail maka diperlukan pertemuan kembali yang lebih konkrit membahas situasi baru di Perairan Malaysia yang korbannya dari Indonesia.

"Kita sepakat melakukan pertemuan trilateral kembali kebetulan tanggal 10 Presiden Filipina Duterte mau ke Malaysia. Tadi Menlu bilang isu ini juga akan dibahas saat Duterte bertemu Perdana Menteri Malaysia. Saya kira pas ini dengan special advisor Presiden Filipina yang tangani perdamaian," katanya.