Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 18 poin menjadi Rp13.027, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.045 per dolar AS.

"Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunganya, menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, kebijakan The Fed itu seiring dengan sejumlah data ekonomi di Amerika Serikat yang belum mencapai target yang diharapkan. The Fed masih menunggu perkembangan data ekonomi secara berkelanjutan.

"Data ekonomi AS belakangan ini memang cenderung membaik, namun masih belum sesuai target The Fed," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, adanya harapan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016 ini yang diproyeksikan tumbuh juga turut menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik.

Rully Nova juga mengatakan bahwa menguatnya mata uang rupiah juga menunjukkan pelaku pasar uang tidak terlalu khawatir terhadap aksi demostrasi pada 4 November 2016.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS memperpanjang penurunan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah seiring ketidakpastian baru tentang hasil pemilu di Amerika Serikat.

"Di tengah ketidakpastian itu, mendorong investor untuk beralih dari aset-aset berdenominasi dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.050 dibandingkan Rabu (2/11) Rp13.058.