Garuda andalkan penerbangan umrah dongkrak pendapatan
31 Oktober 2016 18:18 WIB
Sejumlah pesawat milik maskapai Garuda Indonesia terparkir di Terminal 3 Ultimate, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (10/10/2016). (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Maskapai Garuda Indonesia mengandalkan penerbangan umrah yang trennya selalu meningkat untuk memperbaiki pendapatan perseroan pada Triwulan IV 2016.
Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo usai konferensi pers di Jakarta, Senin mengatakan penerbangan tambahan untuk umrah sampai dengan Desember tengah diajukan karena banyaknya permintaan.
"Sampai akhir tahun, umrah mulai meningkat pada November dan Desember ini, bahkan banyak extra flight (penerbangan tambahan), beberapa slot kita mintakan banyak sekali," tuturnya.
Dia menyebutkan dalam sehari frekuensi penerbangan umroh, yaitu sebanyak empat kali, tiga kali Jakarta-Jeddah dan satu kali Jakarta-Madinah.
Di Indonesia sendiri, lanjut dia, terdapat enam titik utama pemberangkatan, yaitu Jakarta, Balikpapan, Solo, Makassar, Medan dan Surabaya.
Dari sisi kapasitas, Arif mengatakan penumpang yang diangkut dalam sehari yaitu sekitar 1.200 penumpang atau kurang lebih 36.000 selama satu bulan dengan menggunakan pesawat berbadan lebar (wide body) Boeing 777.
Pasalnya pada Triwulan III 2016, Garuda Indonesia membukukan laba sebesar 19,6 juta dolar AS atau setara dengan Rp254,8 miliar.
Namun, laba tersebut masih belum menutupi kerugian jika dibandingkan dengan perolehan laba pada periode sama 2015, yaitu 22,1 juta dolar AS atau turun 11,6 persen.
Arif mengatakan menurunnya laba dibandingkan dengan tahun lalu karena pada Triwulan II 2016, perseroan harus mengeluarkan biaya besar yang masih berdampak pada Kuartal III 2016.
Alokasi pengeluaran tersebut, yaitu untuk pengembalian enam unit pesawat setelah masa sewa selesai (redelivery) dan investasi di rute-rute internasional.
Dia menyebutkan pengembalian empat pesawat berbadan sedang (narrow body) dan dua pesawat berbadan besar (wide body) tersebut memakan biaya hingga 52,2 juta dolar AS.
Sementara itu, untuk pemisahan rute London Heathrow dan Schipol Amsterdam, menurut Arif pada tahap awal tidak mudah karena tingkat keterisian (load factor) hanya mencapai 30-40 persen.
"Tiga bulan pertama sangat berat 30-40 persen isian kita ke London, tapi sekarang sudah 70 persen, artinya waktu kita melakukan deployment (pengoperasian) di Kuartal II itu pilihan yang tepat," imbuhnya.
Arif mengaku optimistis kinerja perusahaan akan membaik ke depannya dengan melakukan berbagai strategi, salah satunya "Sky Beyond" dan "Return Maximization".
"Justru saat ini kondisi kita kapasitas sudah siap terpasang, ketika pasar sudah rebound (kembali naik), kita sudah terpasang terlebih dahulu. Tahun ini akan membaik sampai Kuartal IV nanti," katanya.
Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo usai konferensi pers di Jakarta, Senin mengatakan penerbangan tambahan untuk umrah sampai dengan Desember tengah diajukan karena banyaknya permintaan.
"Sampai akhir tahun, umrah mulai meningkat pada November dan Desember ini, bahkan banyak extra flight (penerbangan tambahan), beberapa slot kita mintakan banyak sekali," tuturnya.
Dia menyebutkan dalam sehari frekuensi penerbangan umroh, yaitu sebanyak empat kali, tiga kali Jakarta-Jeddah dan satu kali Jakarta-Madinah.
Di Indonesia sendiri, lanjut dia, terdapat enam titik utama pemberangkatan, yaitu Jakarta, Balikpapan, Solo, Makassar, Medan dan Surabaya.
Dari sisi kapasitas, Arif mengatakan penumpang yang diangkut dalam sehari yaitu sekitar 1.200 penumpang atau kurang lebih 36.000 selama satu bulan dengan menggunakan pesawat berbadan lebar (wide body) Boeing 777.
Pasalnya pada Triwulan III 2016, Garuda Indonesia membukukan laba sebesar 19,6 juta dolar AS atau setara dengan Rp254,8 miliar.
Namun, laba tersebut masih belum menutupi kerugian jika dibandingkan dengan perolehan laba pada periode sama 2015, yaitu 22,1 juta dolar AS atau turun 11,6 persen.
Arif mengatakan menurunnya laba dibandingkan dengan tahun lalu karena pada Triwulan II 2016, perseroan harus mengeluarkan biaya besar yang masih berdampak pada Kuartal III 2016.
Alokasi pengeluaran tersebut, yaitu untuk pengembalian enam unit pesawat setelah masa sewa selesai (redelivery) dan investasi di rute-rute internasional.
Dia menyebutkan pengembalian empat pesawat berbadan sedang (narrow body) dan dua pesawat berbadan besar (wide body) tersebut memakan biaya hingga 52,2 juta dolar AS.
Sementara itu, untuk pemisahan rute London Heathrow dan Schipol Amsterdam, menurut Arif pada tahap awal tidak mudah karena tingkat keterisian (load factor) hanya mencapai 30-40 persen.
"Tiga bulan pertama sangat berat 30-40 persen isian kita ke London, tapi sekarang sudah 70 persen, artinya waktu kita melakukan deployment (pengoperasian) di Kuartal II itu pilihan yang tepat," imbuhnya.
Arif mengaku optimistis kinerja perusahaan akan membaik ke depannya dengan melakukan berbagai strategi, salah satunya "Sky Beyond" dan "Return Maximization".
"Justru saat ini kondisi kita kapasitas sudah siap terpasang, ketika pasar sudah rebound (kembali naik), kita sudah terpasang terlebih dahulu. Tahun ini akan membaik sampai Kuartal IV nanti," katanya.
Pewarta: Juwita TR
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: