Tanjungpinang (ANTARA News) - Sebanyak 57 mahasiswa Jurusan Hukum Internasional Universitas Islam Riau (UIR) melaksanakan kuliah lapangan di atas Kapal Perang Republik Indonesia, KRI Halasan-630.

"Pelayaran riang gembira (joy sailing) ini pertama kali diikuti mahasiswa Hukum Internasional UIR, sebagai rangkaian kuliah lapangan," kata Dekan Fakultas Hukum UIR Prof Syafrinaldi di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Sabtu.

Program tersebut bertujuan memperkenalkan wilayah Kepri, diselenggarakan UIR bekerja sama dengan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang.

Syafrinaldi mengucapkan terima kasih kepada Lantamal IV/Tanjungpinang yang bersedia mengenalkan Kepri dan kapal perang kepada mahasiswa Hukum Internasional UIR.

"Joy Sailing" menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai kondisi Provinsi Kepri yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga, dan peranan TNI AL dalam menjaga wilayah perairan NKRI.

"Ini pengalaman baru yang berharga bagi kami," ucap salah seorang mahasiswa.

Dosen dan mahasiswa jurusan Hukum Internasional UIR diajak mengelilingi perairan Kepri dengan menggunakan kapal perang tersebut.

Mereka mendapat pengarahan dari petugas KRI Halasan-630 sebelum berlayar. Mahasiswa juga mendapat informasi terkait peralatan yang tersedia di kapal itu.

"Kami berharap generasi penerus bangsa memberi kontribusi yang besar untuk bangsa dan negara," kata Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang Laksamana Pertama Irawan.

Selain mengikuti kuliah lapangan, mahasiswa HI dan Dosen FH UIR sehari sebelumnya menggelar seminar bersama Fakultas Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Buah pikir dari seminar bertajuk "Penegakan Hukum Kedaulatan Negara Kepulauan Dalam Perspektif Perbatasan NKRI" ini menurut Prof Syafrinaldi relevan karena kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang memberi prioritas pada pembangunan di kawasan maritim.

"Kita tahu Provinsi Riau dan Kepulauan Riau secara geografis sangat strategis. Selain memiliki kawasan laut yang sangat luas daerahnya juga berbatasan langsung dengan negara tetangga. Kedua wilayah ini sejak zaman dulu sampai sekarang telah menjadi pintu gerbang dunia internasional," kata Syafrinaldi.