Bojonegoro (ANTARA News) - Selain mengupayakan penanggulangan, Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Suyoto justru meminta warganya kreatif membuat wisata banjir jika sewaktu-waktu daerahnya dilanda banjir akibat meluapnya Bengawan Solo yang terjadi pada musim hujan tahun ini.

"Kami minta semua desa yang daerahnya menjadi langganan banjir Bengawan Solo membuat konsep wisata banjir," katanya, di Bojonegoro, Rabu.

Bupati mencontohkan, di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, yang daerahnya memiliki lokasi wisata kebun belimbing, bisa membuat konsep wisata memetik buah belimbing dengan naik perahu dikala banjir.

"Kalau tidak banjir ongkos masuk memetik belimbing Rp2.000 per orang, maka kalau banjir bisa dinaikkan," ucapnya menambahkan.

Begitu pula, menurut dia, sejumlah desa di daerahnya di Kecamatan Trucuk, Kasiman, juga Kecamatan lainnya bisa membuat konsep wisata banjir sendiri-sendiri.

"Yang penting ketika banjir kegiatan ekonomi warga masyarakat jangan berhenti," ucapnya menegaskan.

Apalagi, katanya, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, curah hujan yang akan terjadi di daerahnya cukup tinggi selama Oktober, November dan Desember.

Sesuai data, menurut dia, curah hujan yang akan terjadi selama tiga bulan itu berkisar 450-550 mm, lebih tinggi dibandingkan curah hujan yang terjadi ketika banjir besar Bengawan Solo pada 2008.

Meski curah hujan lebih tinggi, namun banjir Bengawan Solo tahun ini belum tentu lebih besar dari 2008.

"Banjir besar Bengawan Solo pada 2008 juga dipengaruhi adanya pelepasan air Waduk Gajahmungkur, di Wonogiri, Jawa Tengah," tuturnya.

Pada musim banjir tahun ini, katanya, pemkab sudah meminta kepada pihak Balai Besar Bengawan Solo di Solo, tidak melepaskan air Waduk Gajahmungkur dengan kapasitas air yang bisa melebihi ketinggian tanggul Bengawan Solo di daerah hilir, Jawa Timur.

Ia juga meminta warganya tidak hanya mewaspadai ancaman bencana banjir luapan Bengawan Solo, tapi juga banjir bandang dan tanah longsor yang disebabkan curah hujan tinggi.

"Di Bojonegoro sangat berpeluang terjadi tanah longsor," ujarnya.

Sesuai laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung menyebutkan di daerahnya yang rawan tanah bencana tanah longsor ada 12 kecamatan yaitu Kecamatan Sugihwaras, Trucuk, dan Malo.

Selain itu Kecamatan Bubulan, Margomulyo, Tambakrejo, Purwosari, Ngambon, Temayang dan potensi tanah longsor tingkat menengah hanya di Kecamatan Kasiman.

"Kami sudah menginstruksikan tim penanggulangan bencana di seluruh desa di daerah kami untuk bersiaga mengantisipasi datangnya ancaman bencana," jelas Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sukirno menambahkan.