PBB terima puluhan laporan kekejaman ISIS di dekat Mosul
26 Oktober 2016 11:35 WIB
Tentara Irak berkumpul setelah membebaskan sebuah desa dari militan ISIS di selatan Mosul, dalam operasi penyerangan militan di Mosul, Irak, Jumat (21/10/2016), sementara asap beracun terlihat di wilayah tersebut setelah militan membakar pabrik sulfur. (REUTERS/Thaier Al-Sudan )
Jenewa, Swiss (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (25/10) menyatakan menerima laporan tentang puluhan aksi pembunuhan bergaya eksekusi yang dilakukan oleh kelompok ISIS, termasuk pembunuhan 50 mantan perwira kepolisian, saat pasukan Irak mendekati Mosul.
PBB menyatakan menerima laporan dari sumber-sumber sipil dan pemerintah, yang identitasnya dirahasiakan karena alasan keamanan menurut juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Rupert Colville.
Aksi-aksi kejahatan ekstremis itu dilaporkan dilakukan antara Rabu sampai Minggu, sementara pasukan Irak bergerak maju menuju Mosul, pangkalan terakhir ISIS di negara itu, ujar Coville.
Di sebuah desa bernama Safina, sekitar 45 kilometer bagian selatan Mosul, ISIS dituding mengeksekusi 15 warga sipil sebelum membuang jasad mereka ke sungai.
Pada 19 Oktober, juga di Safina, petempur ekstremis juga "dilaporkan mengikat enam warga sipil ke sebuah kendaraan dan menyeret mereka mengelilingi desa, yang tampaknya hanya karena mereka berhubungan dengan pemimpin suku tertentu yang berjuang melawan ISIL" menurut Colville, menggunakan nama lain ISIS, yang juga dikenal dengan Daesh.
Pasukan keamanan Irak pada 20 Oktober menemukan 70 jasad yang tubuhnya kena tembakan peluru di Desa Tuloul Naser. Colville mengatakan belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas kematian mereka.
Dan pada Sabtu, kelompok ISIS diduga menembak hingga tewas tiga perempuan dan tiga gadis di Desa Rufeila di bagian selatan Mosul.
Sebanyak 50 polis yang disandera ISIS dilaporkan dieksekusi di satu bangunan di luar Mosul pada Minggu, kata Colville kepada para reporter di Jenewa.
"Kami sangat khawatir ini bukan laporan terakhir yang kami terima tentang aksi barbar ISIL," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Ia menambahkan bahwa semua tuduhan itu "membutuhkan sedikit lebih banyak kerja (investigasi)" sebelum PBB bisa menyatakan kejahatan itu terjadi.
Kantor urusan hak asasi manusia juga mengemukakan kembali kekhawatiran kemungkinan ISIS menggunakan warga sipil di Mosul sebagai perisai manusia saat pasukan Irak bertempur untuk merebut kembali kota itu dalam operasi yang didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat.
PBB menyatakan menerima laporan dari sumber-sumber sipil dan pemerintah, yang identitasnya dirahasiakan karena alasan keamanan menurut juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Rupert Colville.
Aksi-aksi kejahatan ekstremis itu dilaporkan dilakukan antara Rabu sampai Minggu, sementara pasukan Irak bergerak maju menuju Mosul, pangkalan terakhir ISIS di negara itu, ujar Coville.
Di sebuah desa bernama Safina, sekitar 45 kilometer bagian selatan Mosul, ISIS dituding mengeksekusi 15 warga sipil sebelum membuang jasad mereka ke sungai.
Pada 19 Oktober, juga di Safina, petempur ekstremis juga "dilaporkan mengikat enam warga sipil ke sebuah kendaraan dan menyeret mereka mengelilingi desa, yang tampaknya hanya karena mereka berhubungan dengan pemimpin suku tertentu yang berjuang melawan ISIL" menurut Colville, menggunakan nama lain ISIS, yang juga dikenal dengan Daesh.
Pasukan keamanan Irak pada 20 Oktober menemukan 70 jasad yang tubuhnya kena tembakan peluru di Desa Tuloul Naser. Colville mengatakan belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas kematian mereka.
Dan pada Sabtu, kelompok ISIS diduga menembak hingga tewas tiga perempuan dan tiga gadis di Desa Rufeila di bagian selatan Mosul.
Sebanyak 50 polis yang disandera ISIS dilaporkan dieksekusi di satu bangunan di luar Mosul pada Minggu, kata Colville kepada para reporter di Jenewa.
"Kami sangat khawatir ini bukan laporan terakhir yang kami terima tentang aksi barbar ISIL," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Ia menambahkan bahwa semua tuduhan itu "membutuhkan sedikit lebih banyak kerja (investigasi)" sebelum PBB bisa menyatakan kejahatan itu terjadi.
Kantor urusan hak asasi manusia juga mengemukakan kembali kekhawatiran kemungkinan ISIS menggunakan warga sipil di Mosul sebagai perisai manusia saat pasukan Irak bertempur untuk merebut kembali kota itu dalam operasi yang didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016
Tags: