Jakarta (ANTARA News) - Trayek tol laut Jakarta-Natuna-Tarempa-Jakarta dapat mempercepat pendistribusian logistik berupa bahan pokok hingga 500 ton per 15 hari.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam pelepasan perdana Kapal Tol Laut Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa, mengatakan dengan adanya pengoperasian trayek tersebut merupakan perbaikan dari yang sebelumnya per 21 hari.

"Ada Improvement (peningkatan) yang terjadi, di mana tadinya kita harus 21 hari ke sana, sekarang lebih pendek 15 hari. Artinya setiap 15 hari ada lebih 300 ton, bahkan 400 ton, nanti meningkat 500 ton kita supply (sediakan)," katanya.

Dengan demikian, dia berharap harga-harga bahan pokok di Natuna lebih stabil dan disparitas harga bisa terus ditekan.

"Satu daerah harganya akan stabil, lebih jauh dari itu bagaimana keseharian ketersediaan barang menjadi lebih baik. Kita tahu harga di pusat dan daerah bermasalah dan fungsi di dalamnya belum terlalu baik, karenanya dengan suatu proses pengiriman barang ke Natuna ini kita akan meningkatkan keseimbangan ekonomi, efisiensi, yang memberikan dampak ekonomi yang baik pada dua tempat," katanya.

Meskipun antara Jakarta dan Natuna, menurut dia, disparitasnya tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 30 persen, namun kepastian kapal bisa terjamin.

"Karena saat gelombang besar, tidak ada kapal kecil yang mau ke sana," katanya.

Budi menambahkan kedua tempat, baik Jakarta maupun Natuna akan memainkan peran yang resiprokal, yaitu dari Jakarta dikirim bahan pokok, sementara dari Natuna dikirm ikan-ikan segar.

"Perikanan Nusantara akan mengumpulkan ikan-ikan yang diperoleh dari sana dengan jumlah tonase yang besar untuk dikirmkan ke Jakarta," katanya.

Untuk itu, menurut dia, antara BUMN yang terlibat harus mengupayakan penguatan sistem, konsistensi dan ketepatan waktu.

"Bersama Pelni dan RNI kita menguatkan apa yang kita rancang," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Laut A Tonny Boediono mengatakan subsidi untuk trayek Natuna tersebut tengah dilakukan penghitungan.

Dia mengatakan salah satu mekanisme penghitungannya dengan tingkat keterisian atau "load factor".

"Nanti dihitung dulu mampunya berapa, kalau kita langsung kasih kan rugi," katanya.

Tonny menambahkan proses tender tiga trayek untuk swasta juga akan segera dimulai tahun ini.

Kapal KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut tersebut akan beroperasi secara berjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna.

Kapal tersebut memiliki bobot besar yaitu 3.000 DWT, sehingga diharapkan mampu mengatasi segala kondisi cuaca untuk menjamin kepastian jadwal kapal.

"Kapal yang mengangkut logistik berupa kebutuhan bahan pokok dan alat berat untuk bongkar muat barang, forklift dan alat bantu lainnya diperkirakan tiba di Natuna pada 29 Oktober 2016," katanya.

Budi mengatakan kapal tersebut akan beroperasi dengan frekuensi kedatangan kapal setiap 14 hari atau dua kali dalam sebulan dengan rute Jakarta-Natuna-Tarempa-Jakarta.

"Model Tol Laut Logistik ini secara bertahap akan diterapkan ke wilayah lain," katanya.

Tol Laut Logistik merupakan program yang digagas Kemenhub dengan skema kerja sama sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan sarana dan prasarana transportasi serta bahan komoditas yang diangkut, yaitu PT Pelabuhan Indonesia II dengan anak perusahaan PT MTI (Multi Terminal Indonesia, PT Pelni dengan anak Perusahaan PT Pelni Logistik dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) membentuk satu konsorsium dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke masyarakat.

Konsorsium tersebut akan menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk mengirim barang kebutuhan pokok sampai ke gudang di Natuna.

Sementaraitu, lanjut Budi, PT Perikanan Nusantara akan menyediakan muatan balik bagi kapal kembali ke Jakarta.