Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, turun empat poin menjadi Rp13.015 per dolar AS.

"Laju rupiah cenderung tertahan di tengah sentimen global yang masih dominan, namun ruang untuk kembali menguat masih tersedia meski terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Ia mengatakan pelaku pasar saat ini sedang fokus pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal dan pemilihan presiden Amerika Serikat pada awal November 2016.

Selain itu, menurut dia, dolar AS mendapat sentimen positif setelah data Indeks Pembelian Manajer (PMI) sektor manufaktur Amerika Serikat diumumkan naik ke 53,2 pada Oktober 2016 dari 51,5 pada bulan sebelumnya.

Dia menjelaskan fokus pelaku pasar uang dalam negeri saat ini juga sedang tertuju pada inflasi Oktober 2016 yang diperkirakan naik dan setelah itu akan beralih ke data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III 2016 yang menurut perkiraan pemerintah dan Bank Indonesia di bawah periode sebelumnya.

"Secara umum, performa rupiah relatif masih baik terhadap dolar AS, menandakan adanya perbaikan fundamental ekonomi domestik yang bisa juga dikonfirmasi oleh selisih antara imbal hasil surat utang negara (SUN) dan US Treasury yang terus menipis secara konsisten," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar dolar AS masih menguat menyusul kemungkinan kenaikan suku bunga akhir tahun 2016 ini.

"Pasar menilai, peluang kenaikan suku bunga pada bulan Desember menjadi sekitar 70 persen," katanya.