Bandung (ANTARA News) - Ada rahasia di balik sebuah pencapaian atlet menggenggam medali emas, bahkan memecahkan rekor nasional untuk cabang olahraga di sebuah kejuaraan. Yunita (26), perenang asal Sumatera Utara, merupakan salah seorang di antaranya. Apa saja rahasia Yunita?

"Harus disipilin lakukan program dari coach. Sebelum bertanding, berenang 1.000 meter dulu. Barulah sprint untuk menaikkan tekanan nadi sejauh 15 meter, setelah itu turun renang untuk persiapan pertandingan," ujarnya kepada ANTARA News di satu hotel kawasan Kota Bandung, Sabtu (22/10/2016).

Dia mengatakan, umumnya mereka yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa anggota gerak (tuna daksa) melakukan kegiatan latihan, misalnya pemanasan di dalam kolam renang.

Kala latihan, Yunita selalu melakukan pemanasan dengan berenang 1.000 hingga 1.500 meter, diikuti latihan fisik di luar kolam seperti push up, sit-up dan latihan khusus sikut.

Dalam kesempatan itu, pelatih Yunita, Brian Howard, menuturkan selalu mewajibkan atlet melakukan pelemasan setelah pertandingan atau latihan demi menghidari risiko cedera.

"Setelah menang harus ada satu sesi pelemasan. Kalau terlalu larut hura-hura, lupa pelemasan, otot-otot masih tegang, produksi laktat masih besar, di situ bisa resiko cedera," tuturnya.

Ia menimpali, "Selama 15 menit setelah tanding tekanan nadi mereka masih tinggi, sehingga harus langsung swim down selama 10 hingga 15 menit. Pelemasannya berenang 700 hingga 1.000 meter diikuti stretching."

Yunita, perempuan yang awalnya sempat terjun di cabang olahraga angkat berat, tercatat sukses memecahkan rekor nasional renang di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat untuk nomor 100 meter gaya dada S9 putri dengan catatan waktu satu menit 24,12 detik.

Dia berhasil memecahkan rekor baru nasional yang sebelumnya dipegang perenang asal Kalimantan Barat, Wahdina (satu menit 34 detik) di Peparnas 2008.

"Memang ingin pecahkan rekor atas nama sendiri. Syukurlah tercapai. Target saya mau pecahkan rekor lagi di Peparnas Papua, satu menit 10 detik," katanya seraya tertawa.

Ia menyatakan, "Untuk gerakan saya terbatas saat menggerakkan kaki. Kalau saya fokus di tangan, saya melupakan kaki, karena kaki saya emamg lelah. Hanya menggeret saja."