Industri keramik apresiasi paket kebijakan ekonomi Jokowi-JK
19 Oktober 2016 14:57 WIB
Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto saat menghadiri Pameran Keramika 2016 di Jakarta, Kamis. (Antaranews/ Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Industri keramik nasional mengapresiasi paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meningkatkan daya saing industri.
"Salah satu yang kami apresiasi adalah upaya penurunan harga gas pada Paket Kebijakan Ekonomi ke-3," kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Elisa menyampaikan, kebijakan tersebut ditengarai dapat mendongkrak daya saing industri keramik nasional, mengingat kontribusi penggunaan gas sebagai energi mencapai 30-35 persen terhadap seluruh ongkos produksi industri keramik.
Namun demikian, Elisa menyampaikan bahwa pelaku industri keramik nasional masih menunggu realisasi penurunan harga gas yang hingga saat ini masih digodok.
Menurutnya, semakin cepat penurunan harga gas industri terealisasi, maka akan semakin cepat mendorong daya saing industri dalam negeri, termasuk keramik.
"Presiden sudah janji, dan kami masih mananti realisasinya, karena ini mendorong daya saing industri," ungkap Elisa.
Elisa menambahkan, upaya pemerintah untuk mengembalikan geliat industri properti di dalam negeri mampu mendorong industri keramik nasional yang saat ini mengalami kelesuan.
Salah satunya adalah adanya kebijakam amnesti pajak, yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap industri properti dalam negeri.
"Jika pertumbuhan properti baik, pertumbuhan keramik juga akan meningkat, karena saat ini ekonomi global masih belum pulih," ungkapnya.
"Salah satu yang kami apresiasi adalah upaya penurunan harga gas pada Paket Kebijakan Ekonomi ke-3," kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Elisa menyampaikan, kebijakan tersebut ditengarai dapat mendongkrak daya saing industri keramik nasional, mengingat kontribusi penggunaan gas sebagai energi mencapai 30-35 persen terhadap seluruh ongkos produksi industri keramik.
Namun demikian, Elisa menyampaikan bahwa pelaku industri keramik nasional masih menunggu realisasi penurunan harga gas yang hingga saat ini masih digodok.
Menurutnya, semakin cepat penurunan harga gas industri terealisasi, maka akan semakin cepat mendorong daya saing industri dalam negeri, termasuk keramik.
"Presiden sudah janji, dan kami masih mananti realisasinya, karena ini mendorong daya saing industri," ungkap Elisa.
Elisa menambahkan, upaya pemerintah untuk mengembalikan geliat industri properti di dalam negeri mampu mendorong industri keramik nasional yang saat ini mengalami kelesuan.
Salah satunya adalah adanya kebijakam amnesti pajak, yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap industri properti dalam negeri.
"Jika pertumbuhan properti baik, pertumbuhan keramik juga akan meningkat, karena saat ini ekonomi global masih belum pulih," ungkapnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: