Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta bergerak naik 25 poin menjadi Rp12.989 per dolar AS pada Rabu pagi.

"Rupiah bergerak menguat bersama mayoritas kurs di kawasan Asia. Kenaikan harga komoditas secara umum masih memberi sentimen positif," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Harga minyak mentah jenis WTI naik 0,91 persen menjadi 50,75 dolar AS per barel, dan Brent Crude menguat 0,89 persen ke posisi 52,14 dolar AS per barel pagi ini.

Kendati demikian, Rangga menjelaskan, apresiasi rupiah masih akan kembali diuji menjelang rilis produk domestik bruto (PDB) Tiongkok.

Jika angka pertumbuhan PDB Tiongkok di bawah 6,7 persen dari tahun ke tahun, ia melanjutkan, maka akan bisa memberi sentimen negatif bagi pasar keuangan di kawasan Asia.

Dari dalam negeri, dia mengatakan, rencana pemerintah menurunkan harga gas industri dan bahan bakar minyak di Papua akan menaikkan beban subsidi langsung maupun tidak langsung.

Kondisi itu, menurut dia, bisa berdampak pada pemeringkatan kelas investasi lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) pada Desember 2016.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data indeks aktivitas manufaktur Amerika Serikat menekan nilai dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

Namun, menurut dia, dolar AS masih menunjukkan potensi penguatan seiring dengan optimisme pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga The Federal Reserve akhir tahun ini.