Bandung (ANTARA News) - Pertandingan judo nyatanya bisa dilakukan para atlet yang mengalami keterbatasan penglihatan, seperti halnya dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat yang digelar mulai Senin (17/10) lalu.
Wasit senior Judo, Iwan Yunar mengatakan setiap pertandingan judo tuna netra layaknya pertandingan judo normal, memakan waktu empat menit. Setiap peserta yang telah meraih nilai Ippon (nilai mutlak) otomatis memenangkan pertandingan.
Sebelumnya, dua peserta tuna netra yang telah ditutup kedua matanya menggunakan penutup mata khusus, bersama pendamping mereka menuju arena pertarungan.
Di sana tiga wasit menanti.
Satu orang wasit memposisikan dua judoka saling berhadapan dengan telapak kaki mereka di belakang garis. Masing-masing berdiri lurus dan saling membungkuk.
Wasit kemudian memposisikan kedua tangan pejudo menggenggam bagian atas baju dan berkata "Mulai" (Hajime), sehingga pertandingan pun dimulai.
Poin sempurna atau Ippon bisa diraih pejudo jika bisa menjatuhkan lawan secara mantap atau membanting lawan dengan posisi punggung lawan membentur lantai terlebih dahulu.
Pejudo juga bisa mendapatkan poin dari teknik kuncian. Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga menepuk lantai dua kali dengan tangan atau kaki, atau jika kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30 detik.
"Ippon pasti sempurna. Atau main bawah dengan kuncian 20 detik, dapat poin," kata Iwan saat ditemui ANTARA News di GOR Padjajaran, Bandung, Senin (17/10).
"Membanting lawan namun posisinya tidak jatuh sempurna dan lawan langsung bangun, belum ada poin. Poin tertinggi Ippon, disusul Wazari dan Yuko," imbuh dia.
Iwan mengatakan, pertandingan Judo baru kali pertama dilakukan sepanjang pelaksanaan Peparnas. Dia berharap, melalui pertandingan ini muncul bibit-bibit baru untuk diikutsertakan di ajang-ajang kejuaraan judo paralimpik dunia.
PEPARNAS - Bagaimana para pejudo tuna netra bertarung?
18 Oktober 2016 09:40 WIB
Aksi para pejudo tuna netra di Peparnas XV/2016 Jawa Barat, Senin (17/10/2016). (ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: