Iwan Fals ingatkan Indonesia dibangun dengan perjuangan
14 Oktober 2016 21:44 WIB
Musisi legendaris Iwan Fals menyanyikan lagu dalam Konser Pelangi: Nila di Panggung Kita, Leuwinanggung, Depok, Jawa Barat, Sabtu (22/11/2014) malam. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Semarang (ANTARA News) - Penyanyi kawakan Iwan Fals mengingatkan Indonesia tidak ada dengan begitu saja, melainkan dibangun dengan penuh perjuangan yang tidak lepas dari pengorbanan para pahlawan.
"Bahwa (Indonesia, red.) ga terjadi begitu saja, tetapi perlu perjuangan," katanya, saat menghadiri peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang, di kawasan Tugu Muda, Semarang, Jumat malam.
Pemilik nama lengkap Virgiawan Listanto terlihat di antara pejabat dan tamu undangan, di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang berlangsung khidmat, diawali pembacaan sejarah singkat pertempuran yang terjadi pada 15-20 Oktober 1945 antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.
Dalam kisah itu diceritakan pula meninggalnya dr Kariadi yang menjadi Kepala Purusara (Pusat Urusan Kesehatan Rakyat) karena dibunuh tentara Jepang saat hendak mengecek persediaan air yang kabarnya diracuni.
Nama dr Kariadi kini diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di Kota Atlas, yakni Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi Semarang atas pengorbanannya yang besar terhadap rakyat Indonesia.
Setelah itu, rangkaian peringatan yang berlangsung di kawasan Tugu Muda Semarang tersebut dilanjutkan dengan upacara yang dipimpin oleh Gubernur Jateng yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Peringatan pertempuran bersejarah di Kota Semarang itu juga dimeriahkan fragmen drama bercerita tentang jalannya pertempuran, lengkap dengan bunyi dentuman tmeriam dan sirene layaknya perang.
Bahkan, lampu penerangan di kawasan Tugu Muda dan sekitarnya juga dipadamkan sesaat ketika mengheningkan cipta, dan penampilan teatrikal perlawanan rakyat dalam upaya melucuti senjata tentara Jepang.
Hujan gerimis tak menghalangi ribuan warga memadati kawasan Tugu Muda Semarang untuk menyaksikan peringatan Pertempuran Lima Hari yang menjadi agenda tahunan Pemerintah Kota Semarang itu.
Iwan menambahkan peringatan semacam itu, seperti Pertempuran Lima Hari di Semarang penting untuk memberikan pemahaman mengenai sejarah bangsa dan menanamkan nasionalisme di kalangan generasi muda.
"Peringatan ini penting sekali bagi kita semua. Peringatan semacam ini semakin sering digalakkan automatis semakin menggugah kita, terutama adik-adik di sekolah. Ini penting sekali," pungkasnya.
"Bahwa (Indonesia, red.) ga terjadi begitu saja, tetapi perlu perjuangan," katanya, saat menghadiri peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang, di kawasan Tugu Muda, Semarang, Jumat malam.
Pemilik nama lengkap Virgiawan Listanto terlihat di antara pejabat dan tamu undangan, di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang berlangsung khidmat, diawali pembacaan sejarah singkat pertempuran yang terjadi pada 15-20 Oktober 1945 antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang.
Dalam kisah itu diceritakan pula meninggalnya dr Kariadi yang menjadi Kepala Purusara (Pusat Urusan Kesehatan Rakyat) karena dibunuh tentara Jepang saat hendak mengecek persediaan air yang kabarnya diracuni.
Nama dr Kariadi kini diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di Kota Atlas, yakni Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi Semarang atas pengorbanannya yang besar terhadap rakyat Indonesia.
Setelah itu, rangkaian peringatan yang berlangsung di kawasan Tugu Muda Semarang tersebut dilanjutkan dengan upacara yang dipimpin oleh Gubernur Jateng yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Peringatan pertempuran bersejarah di Kota Semarang itu juga dimeriahkan fragmen drama bercerita tentang jalannya pertempuran, lengkap dengan bunyi dentuman tmeriam dan sirene layaknya perang.
Bahkan, lampu penerangan di kawasan Tugu Muda dan sekitarnya juga dipadamkan sesaat ketika mengheningkan cipta, dan penampilan teatrikal perlawanan rakyat dalam upaya melucuti senjata tentara Jepang.
Hujan gerimis tak menghalangi ribuan warga memadati kawasan Tugu Muda Semarang untuk menyaksikan peringatan Pertempuran Lima Hari yang menjadi agenda tahunan Pemerintah Kota Semarang itu.
Iwan menambahkan peringatan semacam itu, seperti Pertempuran Lima Hari di Semarang penting untuk memberikan pemahaman mengenai sejarah bangsa dan menanamkan nasionalisme di kalangan generasi muda.
"Peringatan ini penting sekali bagi kita semua. Peringatan semacam ini semakin sering digalakkan automatis semakin menggugah kita, terutama adik-adik di sekolah. Ini penting sekali," pungkasnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: