Kemendag buka peluang peningkatan ekspor UKM
14 Oktober 2016 20:17 WIB
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Sulistyawati (kiri) saat berbincang dengan salah satu desainer program Designers Dispatch Service (DDS) pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2016. Program DDS merupakan salah satu upaya yang dikembangkan oleh Indonesia Design Development Center (IDDC) untuk memberikan pendampingan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) tujuan ekspor. (Antara News/Vicki Febrianto)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan membuka peluang peningkatan ekspor bagi usaha kecil menengah (UKM) dengan memberikan fasilitasi program pendampingan desainer dan menampilkannya dalam pameran ekspor terbesar Trade Expo Indonesia (TEI) 2016.
"Produk awal dari hasil pendampingan tersebut dipamerkan pertama kali di TEI untuk melihat peluang pasar, karena pameran ini mendatangkan pembeli potensial untuk melihat minat mereka pada produk yang dikembangkan," kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Sulistyawati kepada Antara, di Jakarta, Jumat.
Sulistyawati menjelaskan, upaya yang dilakukan melalui Indonesia Design Development Center (IDDC) dengan program Designers Dispatch Service (DDS) untuk meningkatkan ekspor produk UKM tersebut sudah mampu membuka peluang kontrak ekspor dengan beberapa pengusaha internasional.
"Salah satu contoh, pelaku usaha dari Jambi sudah mendapatkan pesanan dari pengusaha asal Turki meskipun produk yang ditampilkan berupa produk awal. Jepang juga menunjukkan minat, sudah sepakat, hanya tinggal tanda tangan kontrak," tutur Sulistyawati.
Menurut Sulistyawati, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk ekspor ke negara-negara tujuan ekspor utama maupun pasar baru. Namun, para pelaku usaha khususnya UKM belum sepenuhnya mengetahui permintaan atau selera pasar yang ada.
"Kami memberikan informasi bagaimana selera pasar dari negera tujuan ekspor tersebut, instrumen kami berupa Atase Dagang dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) banyak memberikan informasi yang diperlukan," kata Sulistyawati.
Tercatat, kurang lebih transaksi yang terjadi pada TEI 2016 dari UKM binaan program DDS tersebut mencapai 82.000 dolar Amerika Serikat. Beberapa kontrak potensial tersebut berasal dari Rumah Tikar Vinto senilai 30.100 dolar AS dari pengusaha Turki dan 21.500 dolar AS asal Jepang.
"Saat ini ada 11 daerah dengan 22 UKM yang difasilitasi dan ditampilkan pada Tei 2016," kata Sulistyawati.
Berdasarkan catatan Kemendag, sebanyak 11 daerah tersebut adalah Medan, Sawahlunto, Jambi, Bogor, Purwakarta, Cilacap, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Palangkaraya dan Kupang. Pada tiap satu wilayah tersebut didampingi oleh satu orang desainer dengan dua UKM.
"Saat ini IDDC masih ada di Jakarta saja, untuk jangka panjang diharapkan di daerah bisa menghadirkan IDDC untuk memulai program serupa," kata Sulistyawati.
Salah satu desainer IDDC yang masuk dalam program DDS Raymond Simandjuntak mengatakan bahwa salah satu tantangan dalam mendampingi UKM untuk pengembangan produk yang nantinya akan menyasar pasar ekspor tersebut adalah saat UKM itu sudah masuk dalam zona nyaman.
"Karakter itu yang paling menjadi tantangan, ada UKM yang sudah masuk zona nyaman dan tidak ada keinginan untuk mengembangkan produk. Meskipun sesungguhnya zona nyaman itu tidak akan selamanya," kata Raymond.
Dalam menentukan UKM mana yang memerlukan pendampingan, lanjut Raymond, banyak variabel yang berpengaruh. Namun, yang paling utama adalah potensi dari masing-masing pelaku usaha dan keinginan untuk menciptakan produk baru untuk menembus pasar ekspor.
"Banyak variabel yang berpengaruh, banyak juga UKM yang sudah mempunyai sistem produksi yang bagus. Namun ada juga yang belum siap dari sisi produksi, namun mereka memiliki kemampuan yang bagus dan potensi besar, ini bisa digali," kata Raymond.
Total transaksi yang dihasilkan hingga hari kedua Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 dari kontrak dagang misi pembelian yang ditandatangani mencapai 186,69 juta dolar AS. Dari nilai tersebut, kontrak dagang sebesar 178,7 juta dolar AS ditandatangani pada hari pertama, dan sebesar 7,99 juta dolar AS ditandatangani pada hari kedua.
Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi perdagangan barang pada TEI 2016 kurang lebih sebanyak 800 juta dolar AS, diluar transaksi jasa dan juga peluang investasi. Secara keseluruhan, diharapkan transaksi yang terjadi mampu menembus angka satu miliar dolar AS, dimana pada tahun sebelumnya total transaksi senilai 909 juta dolar AS.
"Produk awal dari hasil pendampingan tersebut dipamerkan pertama kali di TEI untuk melihat peluang pasar, karena pameran ini mendatangkan pembeli potensial untuk melihat minat mereka pada produk yang dikembangkan," kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Sulistyawati kepada Antara, di Jakarta, Jumat.
Sulistyawati menjelaskan, upaya yang dilakukan melalui Indonesia Design Development Center (IDDC) dengan program Designers Dispatch Service (DDS) untuk meningkatkan ekspor produk UKM tersebut sudah mampu membuka peluang kontrak ekspor dengan beberapa pengusaha internasional.
"Salah satu contoh, pelaku usaha dari Jambi sudah mendapatkan pesanan dari pengusaha asal Turki meskipun produk yang ditampilkan berupa produk awal. Jepang juga menunjukkan minat, sudah sepakat, hanya tinggal tanda tangan kontrak," tutur Sulistyawati.
Menurut Sulistyawati, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk ekspor ke negara-negara tujuan ekspor utama maupun pasar baru. Namun, para pelaku usaha khususnya UKM belum sepenuhnya mengetahui permintaan atau selera pasar yang ada.
"Kami memberikan informasi bagaimana selera pasar dari negera tujuan ekspor tersebut, instrumen kami berupa Atase Dagang dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) banyak memberikan informasi yang diperlukan," kata Sulistyawati.
Tercatat, kurang lebih transaksi yang terjadi pada TEI 2016 dari UKM binaan program DDS tersebut mencapai 82.000 dolar Amerika Serikat. Beberapa kontrak potensial tersebut berasal dari Rumah Tikar Vinto senilai 30.100 dolar AS dari pengusaha Turki dan 21.500 dolar AS asal Jepang.
"Saat ini ada 11 daerah dengan 22 UKM yang difasilitasi dan ditampilkan pada Tei 2016," kata Sulistyawati.
Berdasarkan catatan Kemendag, sebanyak 11 daerah tersebut adalah Medan, Sawahlunto, Jambi, Bogor, Purwakarta, Cilacap, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Palangkaraya dan Kupang. Pada tiap satu wilayah tersebut didampingi oleh satu orang desainer dengan dua UKM.
"Saat ini IDDC masih ada di Jakarta saja, untuk jangka panjang diharapkan di daerah bisa menghadirkan IDDC untuk memulai program serupa," kata Sulistyawati.
Salah satu desainer IDDC yang masuk dalam program DDS Raymond Simandjuntak mengatakan bahwa salah satu tantangan dalam mendampingi UKM untuk pengembangan produk yang nantinya akan menyasar pasar ekspor tersebut adalah saat UKM itu sudah masuk dalam zona nyaman.
"Karakter itu yang paling menjadi tantangan, ada UKM yang sudah masuk zona nyaman dan tidak ada keinginan untuk mengembangkan produk. Meskipun sesungguhnya zona nyaman itu tidak akan selamanya," kata Raymond.
Dalam menentukan UKM mana yang memerlukan pendampingan, lanjut Raymond, banyak variabel yang berpengaruh. Namun, yang paling utama adalah potensi dari masing-masing pelaku usaha dan keinginan untuk menciptakan produk baru untuk menembus pasar ekspor.
"Banyak variabel yang berpengaruh, banyak juga UKM yang sudah mempunyai sistem produksi yang bagus. Namun ada juga yang belum siap dari sisi produksi, namun mereka memiliki kemampuan yang bagus dan potensi besar, ini bisa digali," kata Raymond.
Total transaksi yang dihasilkan hingga hari kedua Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 dari kontrak dagang misi pembelian yang ditandatangani mencapai 186,69 juta dolar AS. Dari nilai tersebut, kontrak dagang sebesar 178,7 juta dolar AS ditandatangani pada hari pertama, dan sebesar 7,99 juta dolar AS ditandatangani pada hari kedua.
Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi perdagangan barang pada TEI 2016 kurang lebih sebanyak 800 juta dolar AS, diluar transaksi jasa dan juga peluang investasi. Secara keseluruhan, diharapkan transaksi yang terjadi mampu menembus angka satu miliar dolar AS, dimana pada tahun sebelumnya total transaksi senilai 909 juta dolar AS.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016
Tags: