Kebakaran lahan gambut Meranti ancam pemukiman warga
14 Oktober 2016 19:59 WIB
Dokumen foto lahan dan hutan terbakar di Desa Bokor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Selasa (15/3). Kini musibah serupa terjadi di Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. (ANTARA/Rony Muharrman)
Meranti (ANTARA News) - Kebakan lahan gambut yang terjadi di Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, pada Jumat terpantau terus meluas hingga mengancam pemukiman warga di dua desa.
"Tim darat dan udara terus berusaha melakukan pemadaman. Namun, cuaca panas disertai angin membuat kebakaran sulit dikendalikan, dan mulai mendekati pemukiman," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, Muhammad Edy Afrizal, kepada ANTARA News di Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Jumat.
Ia menjelaskan kebakaran yang terjadi di Kecamatan Rangsang Pesisr, tepatnya Desa Telesung terpantau meluas hingga ke Desa Kedabu.
Kondisi terakhir, lanjutnya, area kebakaran dengan pemukiman warga hanya berjarak sekitar 500 meter. Pemukiman itu bukan merupakan wilayah padat penduduk, melainkan rumah warga yang berada di area perkebunan.
Ia mengatakan kebakaran yang melahan gambut kering mencapai 50 hektare. Mayoritas yang terbakar merupakan semak belukar, namun sebagian juga melahap perkebunan kelapa, karet dan sagu masyarakat.
"Sampai hari diperkirakan sudah 50 hektare yang terbakar. Mayoritas yang terbakar adalah gambut dengan semak belukar, namun meluas hingga ke perkebunan warga seperti karet, kelapa dan sagu," ujarnya.
Meski sebagian besar wilayah Provinsi Riau di daratan Pulau Sumatera diguyur hujan dalam tiga hari terakhir, ia mengatakan hal itu tidak terjadi di Pesisir Riau, terutama Meranti.
Edy menggambarkan, saat ini cuaca di Meranti cukup panas dengan angin kencang, dengan hari tanpa hujan mencapai lebih dari satu bulan.
Hal tersebut, menurut dia, menyebabkan gambut di wilayah Meranti yang terdiri dari kepulauan di Timur Riau menjadi kering dan sangat mudah terbakar.
Ia menyebut kondisi cuaca seperti itu menjadi hambatan bagi petugas gabungan BPBD, TNI, Polri dan masyarakat yang melakukan pemadaman melalui jalur darat.
"Selain itu kita tim darat juga kesulitan sumber air meski sudah berupaya membentuk kanal-kanal. Sumber air laut juga cukup jauh sekitar 4,5 kilometer dari bibir pantai," ujarnya.
Saat ini dua helikopter bantuan Satgas udara penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yakni Sikorsky dan MI-8 silih berganti melakukan pemadaman melalui operasi pengeboman air.
Berdasarkan laporan foto yang disampaikan Satgas Udara terlihat kebakaran yang menghasilkan asap tebal ke udara masih terjadi di wilayah itu. Kabupaten Meranti merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari tiga pulau besar dan berada di pesisir Riau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sempat blusukan ke Meranti saat kebakaran hebat melanda hingga menyebabkan kabut asap di wilayah tersebut.
"Tim darat dan udara terus berusaha melakukan pemadaman. Namun, cuaca panas disertai angin membuat kebakaran sulit dikendalikan, dan mulai mendekati pemukiman," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, Muhammad Edy Afrizal, kepada ANTARA News di Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Jumat.
Ia menjelaskan kebakaran yang terjadi di Kecamatan Rangsang Pesisr, tepatnya Desa Telesung terpantau meluas hingga ke Desa Kedabu.
Kondisi terakhir, lanjutnya, area kebakaran dengan pemukiman warga hanya berjarak sekitar 500 meter. Pemukiman itu bukan merupakan wilayah padat penduduk, melainkan rumah warga yang berada di area perkebunan.
Ia mengatakan kebakaran yang melahan gambut kering mencapai 50 hektare. Mayoritas yang terbakar merupakan semak belukar, namun sebagian juga melahap perkebunan kelapa, karet dan sagu masyarakat.
"Sampai hari diperkirakan sudah 50 hektare yang terbakar. Mayoritas yang terbakar adalah gambut dengan semak belukar, namun meluas hingga ke perkebunan warga seperti karet, kelapa dan sagu," ujarnya.
Meski sebagian besar wilayah Provinsi Riau di daratan Pulau Sumatera diguyur hujan dalam tiga hari terakhir, ia mengatakan hal itu tidak terjadi di Pesisir Riau, terutama Meranti.
Edy menggambarkan, saat ini cuaca di Meranti cukup panas dengan angin kencang, dengan hari tanpa hujan mencapai lebih dari satu bulan.
Hal tersebut, menurut dia, menyebabkan gambut di wilayah Meranti yang terdiri dari kepulauan di Timur Riau menjadi kering dan sangat mudah terbakar.
Ia menyebut kondisi cuaca seperti itu menjadi hambatan bagi petugas gabungan BPBD, TNI, Polri dan masyarakat yang melakukan pemadaman melalui jalur darat.
"Selain itu kita tim darat juga kesulitan sumber air meski sudah berupaya membentuk kanal-kanal. Sumber air laut juga cukup jauh sekitar 4,5 kilometer dari bibir pantai," ujarnya.
Saat ini dua helikopter bantuan Satgas udara penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yakni Sikorsky dan MI-8 silih berganti melakukan pemadaman melalui operasi pengeboman air.
Berdasarkan laporan foto yang disampaikan Satgas Udara terlihat kebakaran yang menghasilkan asap tebal ke udara masih terjadi di wilayah itu. Kabupaten Meranti merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari tiga pulau besar dan berada di pesisir Riau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sempat blusukan ke Meranti saat kebakaran hebat melanda hingga menyebabkan kabut asap di wilayah tersebut.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016
Tags: