Publik tidak suka isu SARA, kata Romo Benny
14 Oktober 2016 16:15 WIB
Ilustrasi--Romo Benny Susetyo saat memberikan keterangan kepada pers bersama anggota Kelompok Koalisi Masyarakat Sipil Sri Palupi (kanan), Yudi Latief (kiri), dan Ray Rangkuti (tengah) di Gedung KPK Jakarta, Senin (3/11). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Aktivis Romo Benny Susetyo mengatakan publik saat ini tidak menyukai penggunaan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dalam persaingan politik karena akan berdampak buruk pada stabilitas ekonomi.
"Isu SARA ini tidak lagi disukai orang. Isu SARA bikin suasana ekonomi tidak nyaman, karena kondisi politik tidak stabil, muncul demo, macet dan lain-lain," katanya dalam diskusi bertema "Manuver Isu SARA vs Politik Akal Sehat" yang diselenggarakan lembaga penelitian Para Syndicate di Jakarta, Jumat.
Isu SARA mengemuka setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang akan mengikuti pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tahun depan, menyebut Alquran Surat Al Maidah ayat 51, dan menimbulkan reaksi beragam dari berbagai pihak.
Romo Benny menyebut penggunaan isu SARA sebagai praktik politik yang tidak rasional karena mengandung sudut pandang subyektif yang bersifat satu arah. Menurut dia, penggunaan isu SARA ditujukan untuk menghentikan argumentasi lawan politik.
"Lawan politik tidak bisa lagi berargumentasi karena yang diserang adalah SARA itu tadi," kata dia.
Meski demikian, menurut Romo Benny, publik di Jakarta saat ini mayoritas masyarakat yang rasional sehingga tidak lagi mudah termakan isu SARA.
"Publik yang rasional itu merindukan komunikasi dua arah, yaitu dengan wujud adu gagasan, adu ide. Bagaimana para calon pemimpin menawarkan programnya untuk membangun Jakarta sebagai kota peradaban," kata dia.
"Isu SARA ini tidak lagi disukai orang. Isu SARA bikin suasana ekonomi tidak nyaman, karena kondisi politik tidak stabil, muncul demo, macet dan lain-lain," katanya dalam diskusi bertema "Manuver Isu SARA vs Politik Akal Sehat" yang diselenggarakan lembaga penelitian Para Syndicate di Jakarta, Jumat.
Isu SARA mengemuka setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang akan mengikuti pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tahun depan, menyebut Alquran Surat Al Maidah ayat 51, dan menimbulkan reaksi beragam dari berbagai pihak.
Romo Benny menyebut penggunaan isu SARA sebagai praktik politik yang tidak rasional karena mengandung sudut pandang subyektif yang bersifat satu arah. Menurut dia, penggunaan isu SARA ditujukan untuk menghentikan argumentasi lawan politik.
"Lawan politik tidak bisa lagi berargumentasi karena yang diserang adalah SARA itu tadi," kata dia.
Meski demikian, menurut Romo Benny, publik di Jakarta saat ini mayoritas masyarakat yang rasional sehingga tidak lagi mudah termakan isu SARA.
"Publik yang rasional itu merindukan komunikasi dua arah, yaitu dengan wujud adu gagasan, adu ide. Bagaimana para calon pemimpin menawarkan programnya untuk membangun Jakarta sebagai kota peradaban," kata dia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016
Tags: