Industri kreatif potensial sumbang pertumbuhan ekonomi
14 Oktober 2016 16:02 WIB
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar (paling kanan) saat Talkshow "Kebijakan, Strategi, Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia" di Jakarta, Jumat. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Jakarta (ANTARA News) - Industri kreatif dalam negeri dinilai potensial untuk berkontribusi menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional, demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar.
"Saat ini kontribusi industri kreatif masih relatif kecil, yakni 7 persen dari kontribusi pertumbuhan industri nasional sebesar 18-20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi, tapi ini sangat potensial," kata Haris di Jakarta, Jumat.
Haris memaparkan hal tersebut saat Talkshow "Kebijakan, Strategi, Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia" pada pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 di Jakarta International Expo di Kemayoran.
Haris menyampaikan, potensi tersebut dapat dilihat dari berbagai peluang untuk pengembangan industri kreatif di Indonesia, di antaranya peningkatan jumlah kelas menengah Indonesia yang potensial menjadi konsumen produk kreatif.
"Beberapa tahun terakhir tumbuh kelas menengah yang cukup pesat, ini menjadi peluang yang besar," ungkap Haris.
Selain itu, keberagaman sosial budaya dan sumber daya alam Tanah Air bisa menjadi inspirasi industri kreatif untuk terus berinovasi.
"Ditambah dukungan pendidikan formal dan informal bidang industri kreatif yang semakin marak," ujar Haris.
Namun demikian, Haris mengatakan bahwa teknologi menjadi salah satu tantangan untuk pengembangan industri kreatif nasional.
Menurut Haris, dibidang teknologi pendukung industri kreatif, Indonesia masuk dalam kategori dynamic adopter, atau hanya satu tingkat di atas negara-negara yang termarjinalkan.
Hal tersebut terjadi, karena Indonesia masih menjadi pengguna teknologi yang diciptakan oleh negara lain.
"Kami berharap ke depan Indonesia bisa berkontribusi untuk menciptakan teknologi sendiri," pungkasnya.
Adapun, menurut Perpres 28 Tahun 2008, yang masuk dalam industri kreatif yakni industri perangkat lunak dan konten multimedia, industri kerajinan dan barang seni, industri kreatif teknologi informasi dan komunikasi, serta industri mode.
"Saat ini kontribusi industri kreatif masih relatif kecil, yakni 7 persen dari kontribusi pertumbuhan industri nasional sebesar 18-20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi, tapi ini sangat potensial," kata Haris di Jakarta, Jumat.
Haris memaparkan hal tersebut saat Talkshow "Kebijakan, Strategi, Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia" pada pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 di Jakarta International Expo di Kemayoran.
Haris menyampaikan, potensi tersebut dapat dilihat dari berbagai peluang untuk pengembangan industri kreatif di Indonesia, di antaranya peningkatan jumlah kelas menengah Indonesia yang potensial menjadi konsumen produk kreatif.
"Beberapa tahun terakhir tumbuh kelas menengah yang cukup pesat, ini menjadi peluang yang besar," ungkap Haris.
Selain itu, keberagaman sosial budaya dan sumber daya alam Tanah Air bisa menjadi inspirasi industri kreatif untuk terus berinovasi.
"Ditambah dukungan pendidikan formal dan informal bidang industri kreatif yang semakin marak," ujar Haris.
Namun demikian, Haris mengatakan bahwa teknologi menjadi salah satu tantangan untuk pengembangan industri kreatif nasional.
Menurut Haris, dibidang teknologi pendukung industri kreatif, Indonesia masuk dalam kategori dynamic adopter, atau hanya satu tingkat di atas negara-negara yang termarjinalkan.
Hal tersebut terjadi, karena Indonesia masih menjadi pengguna teknologi yang diciptakan oleh negara lain.
"Kami berharap ke depan Indonesia bisa berkontribusi untuk menciptakan teknologi sendiri," pungkasnya.
Adapun, menurut Perpres 28 Tahun 2008, yang masuk dalam industri kreatif yakni industri perangkat lunak dan konten multimedia, industri kerajinan dan barang seni, industri kreatif teknologi informasi dan komunikasi, serta industri mode.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016
Tags: