Produksi terpadu kunci tingkatkan daya saing petani
13 Oktober 2016 20:45 WIB
Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., Paul Janelle (tengah), menerima 2015 FinanceAsia Achievement Award dalam kategori "Best Indonesia Deal" di Hong Kong pada Rabu (01/27/2016) malam. (Antara)
Jakarta (ANTARA News) - Sistem produksi pertanian terpadu dan berkesinambungan termasuk di sektor tembakau dan cengkih dinilai sebagai salah satu kunci pembangunan sektor pertanian agar berdaya saing tinggi sehingga mampu menyejahterakan para petani Indonesia.
"Itu salah kuncinya (Sistem Produksi Terpadu) dan bisa jadi salah satu solusi nyata. Kami komit untuk itu," kata Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk Sampoerna Paul Janelle dalam siaran persnya di sela Trade Expo Indonesia 2016 di Jakarta, Kamis.
Paul menjelaskan melalui Sistem Produksi Terpadu ini, perseroan melalui para pemasoknya memperkenalkan dan menerapkan sistem produksi tembakau yang produktif, berdaya saing, efisien, sekaligus menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan.
Salah satu contohnya, kata dia, melalui program efisiensi pengeringan, penggunaan biomassa alternatif, program reforestasi serta penanaman bambu yang berkesinambungan, serta program daur ulang CPA.
Melalui sistem ini, para petani juga mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani.
Sampai dengan saat ini, melalui para pemasoknya, sistem ini telah diperkenalkan Sampoerna kepada 27.000 petani yang memiliki total lahan 22.700 hektar persegi yang tersebar di beberapa daerah penghasil tembakau di Indonesia, termasuk Rembang, Lombok, Wonogiri, Malang, Jember, Blitar, dan Lumajang.
"Kami mendapatkan jaminan pasokan tembakau yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Sementara itu, para petani juga memperoleh jaminan bahwa tembakau yang mereka tanam akan diserap seluruhnya dan dibayarkan dengan harga yang disepakati," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap program ini dapat didukung oleh kementerian terkait agar kesejahteraan petani tembakau terus meningkat dan pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan pasokan tembakau dalam negeri untuk keperluan industri.
Data Kementerian Pertanian selama lima tahun terakhir menunjukkan, rata-rata produksi tembakau selalu di bawah 200.000 ton per tahun, sementara permintaan tembakau berkisar 320.000 ton per tahun.
Paul juga mengatakan, pihaknya berinvestasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia.
Perseroan, misalnya, telah mampu mengekspor produk hasil tembakau ke 43 tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang diolah Pusdatin Kementerian Perdagangan, Indonesia merupakan negara produsen eksportir terbesar kedua di dunia untuk produk tembakau pabrikan.
"Itu salah kuncinya (Sistem Produksi Terpadu) dan bisa jadi salah satu solusi nyata. Kami komit untuk itu," kata Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk Sampoerna Paul Janelle dalam siaran persnya di sela Trade Expo Indonesia 2016 di Jakarta, Kamis.
Paul menjelaskan melalui Sistem Produksi Terpadu ini, perseroan melalui para pemasoknya memperkenalkan dan menerapkan sistem produksi tembakau yang produktif, berdaya saing, efisien, sekaligus menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan.
Salah satu contohnya, kata dia, melalui program efisiensi pengeringan, penggunaan biomassa alternatif, program reforestasi serta penanaman bambu yang berkesinambungan, serta program daur ulang CPA.
Melalui sistem ini, para petani juga mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani.
Sampai dengan saat ini, melalui para pemasoknya, sistem ini telah diperkenalkan Sampoerna kepada 27.000 petani yang memiliki total lahan 22.700 hektar persegi yang tersebar di beberapa daerah penghasil tembakau di Indonesia, termasuk Rembang, Lombok, Wonogiri, Malang, Jember, Blitar, dan Lumajang.
"Kami mendapatkan jaminan pasokan tembakau yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Sementara itu, para petani juga memperoleh jaminan bahwa tembakau yang mereka tanam akan diserap seluruhnya dan dibayarkan dengan harga yang disepakati," katanya.
Oleh karena itu, dia berharap program ini dapat didukung oleh kementerian terkait agar kesejahteraan petani tembakau terus meningkat dan pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan pasokan tembakau dalam negeri untuk keperluan industri.
Data Kementerian Pertanian selama lima tahun terakhir menunjukkan, rata-rata produksi tembakau selalu di bawah 200.000 ton per tahun, sementara permintaan tembakau berkisar 320.000 ton per tahun.
Paul juga mengatakan, pihaknya berinvestasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia.
Perseroan, misalnya, telah mampu mengekspor produk hasil tembakau ke 43 tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang diolah Pusdatin Kementerian Perdagangan, Indonesia merupakan negara produsen eksportir terbesar kedua di dunia untuk produk tembakau pabrikan.
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: