Rupiah Kamis sore Rp13.064 per dolar
13 Oktober 2016 18:03 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 54 poin menjadi Rp13.064, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.010 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 54 poin menjadi Rp13.064, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.010 per dolar AS.
Analis Monex Investindo futures Yulia Safrina di Jakarta, mengatakan bahwa perhatian pasar kembali tertuju pada data klaim pengangguran di Amerika Serikat yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
"Valuasi dolar AS akan tetap terjaga selama jumlah klaim pengangguran secara mingguan masih di bawah 300.000 klaim, itu merupakan salah satu indikator pasar tenaga kerja yang kuat," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, risalah hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menyiratkan beberapa anggota mengharapkan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat turut mempengaruhi dolar AS untuk terapresiasi.
Selain itu, lanjut dia, pergerakan harga minyak mentah dunia yang mudah berubah akibat masih adanya pro dan kontra terkait rencana pembatasan produksi dari anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non OPEC turut menekan mata uang komoditas.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat kembali mendorong pelaku pasar untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, kekhawatiran pasar terhadap Inggris yang keluar dari Uni Eropa (Brexit) kembali muncul, kondisi itu juga menjadi salah satu faktor pendorong pelaku pasar masuk ke aset safe haven seperti dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.028 dibandingkan Rabu (12/10) Rp13.023.
Analis Monex Investindo futures Yulia Safrina di Jakarta, mengatakan bahwa perhatian pasar kembali tertuju pada data klaim pengangguran di Amerika Serikat yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
"Valuasi dolar AS akan tetap terjaga selama jumlah klaim pengangguran secara mingguan masih di bawah 300.000 klaim, itu merupakan salah satu indikator pasar tenaga kerja yang kuat," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, risalah hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menyiratkan beberapa anggota mengharapkan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat turut mempengaruhi dolar AS untuk terapresiasi.
Selain itu, lanjut dia, pergerakan harga minyak mentah dunia yang mudah berubah akibat masih adanya pro dan kontra terkait rencana pembatasan produksi dari anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non OPEC turut menekan mata uang komoditas.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat kembali mendorong pelaku pasar untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, kekhawatiran pasar terhadap Inggris yang keluar dari Uni Eropa (Brexit) kembali muncul, kondisi itu juga menjadi salah satu faktor pendorong pelaku pasar masuk ke aset safe haven seperti dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.028 dibandingkan Rabu (12/10) Rp13.023.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: