Jakarta (ANTARA News) - Ratusan pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menolak rencana penutupan sepuluh pabrik gula di Jawa karena akan mematikan semangat petani tebu serta karyawan pabrik gula dan buruh kebun tebu di daerah itu.
Bendahara Umum DPP APTRI Sunardi Edy Sukamto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, menjelaskan, para perwakilan petani itu mempertanyakan rencana penutupan pabrik gula tersebut kepada Ketua Dewan Pembina APTRI HM Arum Sabil di Jember pada Senin (10/10).
Dalam pertemuan dengan Ketua Dewan Pembina APTRI itu para pengurus DPC APTRI menegaskan bahwa para petani tebu jangan sampai dijadikan "tumbal" terhadap kerugian BUMN pergulaan dengan menutup sepuluh pabrik gula yang sembilan di antaranya berada di Jawa Timur.
Menanggapi permasalahan tersebut, Arum Sabil dengan besar hati menerima dan menampung semua luapan amarah dan kekecewaan para petani tebu tersebut.
"Saya memahami dan ikut merasakan suasana kebatinan yang saudara-saudara alami. Saya berjanji akan segera mengklarifikasi masalah rencana penutupan pabrik-pabrik gula itu ke Kementerian BUMN serta jajaran direksi PTPN," kata Arum sebagaimana dikutip Sunardi.
Ketua Dewan Pembina APTRI juga mengemukakan, pihaknya belakangan ini menerima banyak laporan soal inefisiensi pabrik gula terkait dengan kondisi rendemen yang rendah karena iklim basah.
Tetapi, lanjutnya, harus ada jalan keluar, dan pemerintah punya kewajiban untuk bisa menyiapkan varietas unggul yang bisa menghasilkan rendemen dan produktivitas tebu yang tinggi dan tahan terhadap iklim basah maupun kering.
Ia mencontohkan, di Australia ada empat musim, tetapi rendemen tetap tinggi, karena varietasnya unggul dan pabriknya bagus, sehingga hasilnya juga bagus.
Pada bagian lain, Bendahara Umum DPP APTRI yang juga perwakilan petani tebu Jawa Timur Sunardi Edy Sukamto menyatakan, pihaknya menyesalkan munculnya kesepakatan jajaran direksi BUMN pergulaan yang mewacanakan akan menutup sepuluh pabrik gula di Jawa.
Dia juga mengatakan, para petani tebu di Jawa Timur telah membahas persoalan tersebut dengan para pengurus DPC APTRI dari pabrik-pabrik gula yang diwacanakan akan ditutup pada 2017.
Salah satu kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan untuk menanggapi rencana penutupan sepuluh pabrik gula itu adalah bahwa langkah yang paling penting yaitu bagaimana agar revitalisasi pabrik gula segera dilakukan.
Inefisiensi yang terjadi di pabrik gula adalah bukan kesalahan petani, sehingga negara harus bertanggung jawab untuk segera mewujudkan revitalisasi pabrik gula dan tanaman tebu. Keputusan untuk menutup pabrik gula dinilainya sangat tergesa-gesa.
Selain itu, pabrik-pabrik gula yang rencananya akan ditutup memiliki nilai historis. Pemerintah Belanda merencanakan dan membangun pabrik-pabrik gula itu dengan perencanaan dan penelitian yang matang.
Sebelumnya, pada rapat yang dilaksanakan 6 Oktober 2016 di Surabaya yang dihadiri para Dirut dari PTPN III, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT RNI bersama Deputi Meneg BUMN Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi disepakati akan adanya penutupan 10 pabrik gula di Jawa.
Kesepuluh pabrik gula itu adalah PG Kanigoro, PG Rejosari, dan PG Purwodadi di Madiun; PG Toelangan dan PG Watoetoelis di Sidoarjo; PG Meritjan di Kediri; PG Wringinanom, PG Pandjie, dan PG Olean di Situbondo Jawa Timur, serta PG Gondang Baru di Klaten Jawa Tengah.
(A015/S024)
Petani tebu tolak penutupan pabrik gula
12 Oktober 2016 01:20 WIB
Salah satu pabrik gula di Jawa. (istimewa)
Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: