Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengungkapkan, luapan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Sidoarjo, Jawa Timur, mengakibatkan importir dari beberapa negara yang selama ini mendatangkan udang organik dari wilayah tersebut beralih ke kawasan lain. Dirjen Perikanan Budidaya DKP, Made L. Nurjana, di Jakarta, Jumat, menyatakan bahwa dari 800 hektare (ha) tambak udang yang terkena luapan lumpur Lapindo ada 50 persen diantaranya merupakan tambak organik. "Dengan kondisi tersebut beberapa pembeli menjadi tidak berani untuk membeli udang organik, padahal air tidak sampai masuk ke tambak," katanya. Made menyatakan, para pembeli dari Inggris maupun Jepang tersebut khawatir udang organik tersebut tercemar dengan aliran air dari lumpur yang diindikasikan mengandung zat beracun. Menurut dia, para importir udang organik dari luar yang selama ini mengambil dari Sidoarjo akhirnya mengalihkan pembelian ke Kalimantan Timur. Namun demikian, dia menegaskan bahwa pasar udang jenis vaname dari Sidoarjo hingga kini tidak terganggu, bahkan masyarakat masih bisa memproduksi. Dirjen menyatakan, kawasan pinggiran Kali Porong merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan udang vaname dan untuk menggantikan air sungai yang dikuatirkan tercemar lumpur Lapindo maka masyarakat bisa memanfaatkan air tanah. "Air tanah tersebut bisa dipompa dari kedalaman 20-25 meter. Dengan salinitas (kadar garam) tujuh hingga 10 per mil bagus untuk udang vaname," katanya. Menyinggung biaya untuk pembuatan sumur pompa guna menaikkan air tanah tersebut, Made memperkirakan sekitar Rp10,5 juta termasuk pembelian satu unit pompa air. "Selama lumpur tidak masuk langsung ke tambak maka masih bisa produksi," katanya. Dia mengungkapkan, pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa untuk pengembangan tambak udang vaname tersebut selama ini juga telah dilakukan di wilayah lain di Jawa Timur seperti kabupaten Gresik dan Lamongan. Produktivitas tambak udang organik, yang pemeliharaannya tidak menggunakan pupuk maupun bahan kimia lainnya menurut dia, sekitar 300 kg per ha sedangkan udang vaname bisa mencapai 15 hingga 20 ton per ha. (*)