Cibinong (ANTARA News) - Sekirar dua juta spesimen botani dan mikroba yang dikoleksi sejak tahun 1814 dipindahkan dari gedung Herbarium Bogoriense dan Mikrobiologi di Kota Bogor ke dua gedung baru di komplek Cibinong Science Center (CSC) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. "Berdasarkan jumlah dan keanekaragaman koleksinya, Herbarium Bogoriense merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah gedung herbarium di Leiden Belanda dan Qyu di Inggris," kata Kepala Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, DR Eko Baroto Walujo, di Cibinong, Jumat. Dijelaskan Eko, seluruh koleksi tersebut baru saja dipindahkan dari Gedung Herbarium Bogoriense dan Gedung Mikrobiologi di Jalan Ir H Juanda, Kota Bogor. "Pemindahan koleksi dilakukan sejak Nopember 2006 dan saat ini sudah 95 persen koleksi yang dipindahkan. Kita rencanakan, sampai akhir April seluruh koleksi sudah dipindahkan. Kita sedang menata lagi koleksi itu disini," kata Eko yang juga penanggung jawab kepindahan koleksi dari dua gedung itu. Direncanakan, setelah seluruh koleksi dipindahkan, Gedung Herbarium Bogoriense dan Gedung Mikrobiologi yang baru di kompleks CSC LIPI Cibinong, akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Minggu ketiga Mei. Koleksi spesimen yang disimpan di Herbarium Bogoriense dalam bentuk kering ditempelkan di kertas, dibungkus plastik dan diletakkan dalam lemari besi sementara dalam bentuk basah disimpan dalam botol berisi cairan alkohol yang dijejer di rak besi. Koleksi spesimen mikroba juga disimpan dalam bentuk kering dan basah. Koleksi dalam bentuk kering disimpan dalam tabung reaksi kecil dan sedang yang ditutup dengan kapas dan kertas aluminium. Sedangkan, koleksi basah disimpan dalam tabung reaksi dan botol yang berisi cairan alkohol. Koleksi spesimen itu disimpan dalam bentuk kering dan basah serta ditaruh di ruangan bertemperatur dingin, agar tidak aktif dan tidak terkontaminasi. Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, DR. Dedy Darnaedi menuturkan, gedung Herbarium Bogoriense dan gedung Mikrobiologi di komplek CSC dibangun dengan dana hibah dari pemerintah Jepang sebesar Rp150 miliar. Kedua gedung luasnya 12.331 m2 yang dibangun di atas tanah seluas 45.000 m2, pada April 2005 hingga Juni 2006. Ditambahkannya, bantuan hibah dari Jepang untuk pelestarian koleksi spesimen flora dan mikroba, didasarkan pada rasa kemanusiaan dan kepentingan ilmu pengetahuan. Karena, kata dia, Indonesia adalah negara yang terkaya keanekaragaman hayatinya. Jika keanekaragaman hayati ini tidak dijaga kelestariannya, maka dunia internasional juga ikut merasakan kerugianya, kata Dedy. (*)