Istanbul (ANTARA News) - Pihak berwenang Turki mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap 166 orang, Jumat, termasuk kepala kepolisian, demikian dilaporkan media pemerintah, sebuah operasi baru terkait upaya kudeta pada Juli yang oleh Ankara dituduhkan pada pengikut ulama yang tinggal di AS, Fethullah Gulen.

Penyelidikan awalnya fokus terhadap staf markas kepolisian Istanbul namun kemudian menyebar di seluruh 35 provinsi, menyasar orang-orang yang menggunakan aplikasi pesan telepon pintar yang tidak banyak dikenal yaitu ByLock, kata kantor berita pemerintah Anadolu.

Dalam operasi penumpasan paska kudeta, 32 ribu orang dipenjara sambil menunggu sidang dan sekitar 100 ribu personel keamanan maupun pegawai negeri sipil, gurubesar universitas dan lainnya telah dipecat atau diskors dari pekerjaannya.

Sekutu Turki di Uni Eropa dan NATO menyuarakan kekhawatiran bahwa warga yang tak bersalah kemungkinan terjaring dalam penyelidikan itu, yang menurut para kritikus merupakan pembersihan.

Turki memberlakukan aturan darurat dan mulai memecat, menskors dan menahan pejabat pemerintah, setelah upaya kudeta dimana tentara yang membandel menguasai pesawat-pesawat tempur untuk mengebom parlemen dan menggunakan tank yang menewaskan 240 orang, banyak diantaranya warga sipil.

Ankara mengatakan para pengikut Gulen melakukan kudeta itu untuk menggulingkan Presiden Tayyip Erdogan serta merebut kendali negara.

Gulen yang pernah menjadi sekutu Erdogan membantah terlibat dalam kudeta itu.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan pada Agustus, badan intelijen negara tersebut telah mengidentifikasi setidaknya 56 ribu operasi jaringan Gulen setelah memecahkan aplikasi ByLock, yang mulai digunakan kelompok itu pada 2014, demikian Reuters.

(A032)