Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kerja sama strategis Indonesia dan Jerman akan meningkat, terutama di bidang investasi industri.

Hal ini disampaikan Menperin usai melakukan pertemuan dengan Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Michael Freiherr von Ungern-Sternberg.

“Dalam pertemuan tadi, dibahas mengenai comprehensive economic partnership agreement (CEPA) dan bilateral investment treaty (BIT),” ujar Airlangga lewat siaran pers di Jakarta, Rabu.

Terkait BIT atau perjanjian perlindungan untuk penanaman modal, kata Airlangga, Jerman mengharapkan dapat diperpanjang hingga berlakunya Indonesia-Uni Eropa CEPA, di mana BIT antara Indonesia dan Jerman akan habis pada Mei 2017.

Menurut Airlangga, pemberlakuan BIT selama ini untuk memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha yang berinvestasi di Indonesia. “Karena perjanjian ini kaitannya dengan insurance,” tukasnya.

Untuk itu, Airlangga terus membuka peluang kerja sama kedua negara di berbagai sektor industri.

Hingga saat ini, aliran investasi Jerman di Indonesia untuk sektor industri, didominasi antara lain oleh industri alat angkutan dan transportasi, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik.

Selain itu, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi, industri tekstil, industri makanan, industri kulit, barang dari kulit dan sepatu,industri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri mineral non logam.

Pada periode 2010-2015, nilai keseluruhan investasi Jerman di Indonesia mencapai 552 juta dollar AS dengan 547 proyek yang menyerap tenaga kerja sebanyak 38.382 orang.

Sedangkan, pada triwulan I tahun 2016, nilai investasi Jerman di Indonesia sebesar 24,6 juta dollar AS dengan 29 proyek.

Beberapa tahun terakhir, perusahaan Jerman yang aktif berinvestasi di Indonesia, di antaranya Heidelberg Cement (Indocement), Fresenius, Volkswagen, Airbus,dan Rheinmetall.