Probolinggo segera pulangkan paksa pengikut Dimas Kanjeng
4 Oktober 2016 21:16 WIB
Sejumlah pengikut Dimas Kanjeng bertahan di sejumlah tenda Padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10/2016). Ratusan santri pengikut Dimas Kanjeng dari berbagai daerah di Tanah Air tetap bertahan di tenda-tenda yang dibuat secara sederhana. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Probolinggo (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Probolinggo, segera memulangkan secara paksa terhadap para pengikut Padepokan Dimas Kanjeng pimpinan Taat Pribadi ke rumahnya masing-masing.
Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari di Probolinggo, Selasa, mengatakan pihaknya sudah berulang kali bernegoisasi dengan para pengikut Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo itu.
Hanya saja, sebagian pengikut tetap enggan pulang ke rumahnya, walaupun pihak Pemkab sudah merayu dengan janji akan membiayai semua transportasi perjalanan pulang ke rumahnya.
"Ketika ada sebagian orang yang masih percaya dengan Taat Pribadi itu yang susah. Percaya bahwa yang mulia itu utusan Tuhan dan sebagainya. Pengikut yang model seperti ini susah diajak negoisasi," katanya.
Puput mengaku akan tetap berusaha merayu para pengikut untuk pulang. Ia mengatakan, dalam negoisasi ini pihaknya bekerja sama dengan Kepolisian, dan Kodim untuk mengajak duduk bersama para pengikut.
"Allhamdulillah, kami Forpimda kompak. Kami ingin semua pengikut padepokan kembali hidup normal dan tidak menggantungkan kepada Dimas Kanjeng," terangnya.
Pihaknya kini sedang mencari cara untuk bisa memaksa para pengikut ini pulang. Ia mengatakan, akan menggunakan Peraturan Daerah (Perda) soal kependudukan, agar mereka ini bisa dipaksa pulang tanpa menyakiti mereka.
"Kami kan punya perda. Kami masih menunggu cantolannya apa. Kalau sudah, nanti akan kami upayakan terus," ujarnya.
Puput menjelaskan, langkah itu akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat ini, pihaknya sedang mencari cara agar sisa pengikut yang berjumlah puluhan orang itu pulang.
"Kami juga prihatin dengan kondisi mereka di tenda padepokan. Kehidupannya cukup terbatas, tidak ada makanan, dan tenda yang digunakan istirahat itu juga tidak layak. Makanya saya ingin mereka itu pulang dari padepokan," imbuhnya.
Walau demikian, lanjut Puput, pihaknya sudah mengirimkan bantuan melalui pembuatan posko darurat. Posko ini meliputi posko kesehatan, posko pengaduan dan sebagainya.
Saat ditanya terkait apa ada laporan pengikut di padepokan yang meninggal, Puput mengaku belum bisa memastikan informasi tersebut tanpa ada informasi jelas dan valid.
"Sejauh ini saya belum mendapatkan laporan ada pengikut yang meninggal di padepokan. Kalau semisal ada, itu kan ranahnya di polisi. Yang jelas sekarang belum ada laporan pengikut meninggal," pungkasnya.
Saat ini, tinggal 86 dari 3.119 pengikut Padepokan Dimas Kanjeng yang masih bertahan di tenda padepokan. Mereka tinggal dan menetap selama berbulan-bulan di tenda padepokan, namun jumlahnya semakin menurun dalam beberapa hari kemudian.
Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari di Probolinggo, Selasa, mengatakan pihaknya sudah berulang kali bernegoisasi dengan para pengikut Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo itu.
Hanya saja, sebagian pengikut tetap enggan pulang ke rumahnya, walaupun pihak Pemkab sudah merayu dengan janji akan membiayai semua transportasi perjalanan pulang ke rumahnya.
"Ketika ada sebagian orang yang masih percaya dengan Taat Pribadi itu yang susah. Percaya bahwa yang mulia itu utusan Tuhan dan sebagainya. Pengikut yang model seperti ini susah diajak negoisasi," katanya.
Puput mengaku akan tetap berusaha merayu para pengikut untuk pulang. Ia mengatakan, dalam negoisasi ini pihaknya bekerja sama dengan Kepolisian, dan Kodim untuk mengajak duduk bersama para pengikut.
"Allhamdulillah, kami Forpimda kompak. Kami ingin semua pengikut padepokan kembali hidup normal dan tidak menggantungkan kepada Dimas Kanjeng," terangnya.
Pihaknya kini sedang mencari cara untuk bisa memaksa para pengikut ini pulang. Ia mengatakan, akan menggunakan Peraturan Daerah (Perda) soal kependudukan, agar mereka ini bisa dipaksa pulang tanpa menyakiti mereka.
"Kami kan punya perda. Kami masih menunggu cantolannya apa. Kalau sudah, nanti akan kami upayakan terus," ujarnya.
Puput menjelaskan, langkah itu akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat ini, pihaknya sedang mencari cara agar sisa pengikut yang berjumlah puluhan orang itu pulang.
"Kami juga prihatin dengan kondisi mereka di tenda padepokan. Kehidupannya cukup terbatas, tidak ada makanan, dan tenda yang digunakan istirahat itu juga tidak layak. Makanya saya ingin mereka itu pulang dari padepokan," imbuhnya.
Walau demikian, lanjut Puput, pihaknya sudah mengirimkan bantuan melalui pembuatan posko darurat. Posko ini meliputi posko kesehatan, posko pengaduan dan sebagainya.
Saat ditanya terkait apa ada laporan pengikut di padepokan yang meninggal, Puput mengaku belum bisa memastikan informasi tersebut tanpa ada informasi jelas dan valid.
"Sejauh ini saya belum mendapatkan laporan ada pengikut yang meninggal di padepokan. Kalau semisal ada, itu kan ranahnya di polisi. Yang jelas sekarang belum ada laporan pengikut meninggal," pungkasnya.
Saat ini, tinggal 86 dari 3.119 pengikut Padepokan Dimas Kanjeng yang masih bertahan di tenda padepokan. Mereka tinggal dan menetap selama berbulan-bulan di tenda padepokan, namun jumlahnya semakin menurun dalam beberapa hari kemudian.
Pewarta: Indra Setiawan/WI
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: