Padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda masih aktif
4 Oktober 2016 19:46 WIB
Dokumentasi--Rekontruksi Kasus Pembunuhan Pengikut Dimas Kanjeng. Ratusan petugas kepolisian mengamankan proses rekontruksi di padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10/2016). Rekonstruksi yang menghadirkan Kanjeng Dimas dan sejumlah tersangka lain tersebut dilakukan untuk pengembangan pengusutan kasus pembunuhan Abdul Gani. (ANTARA /Umarul Faruq) ()
Samarinda (ANTARA News) - Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang terletak di Jalan IR Sutami Gang Pusaka, Kota Samarinda, Kalimantan Timur hingga saat ini masih aktif.
"Aktifitas pengajian di padepokan yang bernama Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah, setiap Selasa malam masih tetap berjalan seperti biasa. Bahkan, Selasa pekan lalu, masih banyak jamaah yang terlihat menghadiri pengajian," kata Ketua RT 22, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Neneng, Selasa.
Dari pantauan pada Selasa sore, pada gerbang pintu pagar terlihat plang nama bertuliskan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah.
Di padepokan yang terletak persis di depan rumah Ketua RT 22 tersebut terlihat lengang.
Hanya ada beberapa penjaga dan dua buah motor terlihat terparkir di halaman padepokan yang disebut sebagai milik Sumaryono yang telah dikukuhkan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai Sultan Agung Ustad Sumaryono, pada November 2015.
Pada papan nama di pintu gerbang padepokan tersebut, tulisan YPDK (Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng) sudah hilang dan terlihat hanya bekas seperti usai dikeruk, tetapi hurufnya masih sangat jelas terlihat.
"Tulisan YPDK itu kemarin (Senin) masih terlihat jelas. Jadi, kemungkinan huruf tersebut dikeruk tadi pagi," tutur Neneng.
Aktifitas di Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah lanjut Neneng, sudah mulai berlangsung sejak 2011.
Kegiatan di padepokan itu kata ia, sempat mendapat protes warga sekitar karena dinilai mengganggu.
"Sejauh ini, tidak ada warga saya yang ikut di padepokan itu. Bahkan, banyak warga mengeluh dengan kegiatan mereka yang menggunakan pengeras suara sehingga warga merasa terganggu. Kegiatan mereka biasanya mulai berlangsung setelah Shalat Isya hingga pukul 24. 00 Wita," katanya, sambil memperlihatkan tanda tangan surat keberatan 120 warga sekitar, terkait aktifitas padepokan tersebut.
"Tetapi, setelah berita penangkapan Dimas Kanjeng Taat Pribadi muncul di media, aktifitas mereka mulai berkurang dan biasanya hanya sampai pukul 22. 00 atau 23. 00 Wita. Bahkan, foto Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang sempat terpampang di pagar padepokan tersebut, sudah dilepas," tutur Neneng.
Dimas Kanjeng Taat Pribadi tambah ia, sempat berkunjung ke padepokan tersebut pada 8 November 2015.
Saat itu Dimas Kanjeng Taat Pribadi kata Neneng, juga mengukuhkan pemilik padepokan sebagai Sultan Agung Ustad Sumaryono.
"Dia (Sumaryono) merupakan warga disini dan dikukuhkan menjadi Sultan Agung saat kedatangan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Saat itu, panitia sempat menyampaikan undangan dan penyampaian terkait kegiatan tersebut. Pada undangan tersebut tertulis kegiatan pengajian," ucap Neneng.
Selama ini kata ia, tidak ada aktifitas yang menyimpang di padepokan tersebut.
"Hanya saja, aktifitasnya yang diprotes warga karena menggunakan pengeras suara dan dilakukan hingga larut malam," kata Neneng.
Salah seorang warga Tenggarong, Kutai Kartanegara, Novi mengatakan, adiknya yang bernama Hartono, seorang pengusaha di Samarinda merupakan salah satu jamaah padepokan tersebut.
Bahkan kata Novi, pada April 2016, ia sempat dimintai tolong Suhartono, adiknya, mentransfer uang Rp50 juta ke rekening Michael Budiyanto, salah satu pengikut Dimas Kanjeng Taat Prbadi, yang ikut ditangkap terkait kasus pembunuhan dua pengikutnya.
"Saya sempat mentransfer uang Rp50 juta ke rekening Michael Budiyanto. Saat itu, saya dimintai tolong adik saya, katanya uang untuk mahar," tutur Novi.
Suhartono lanjut Novi, mulai menjadi jamaah di Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah sejak 2013.
"Kemungkinan, uang yang disetor adik saya sudah mencapai Rp500 sampai Rp600 juta. Kalau kegiatan istigosah menurut saya tidak ada masalah tetapi dengan adanya penarikan dana itulah yang memunculkan kekhawatiran dan saya sempat mengingatkan adik saya," jelasnya.
Sampai saat ini tamah ia, adiknya belum mendapatkan penggantian atas sejumlah uang yang telah disetorkan tersebut.
Sementara, salah seorang sahabat Sumaryono yang dinobatkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi menjadi Sultan Agung, Ustad Masud mengungkapkan, pengikut di padepokan tersebut jumlahnya bisa mencapai ratusan orang.
"Para pengikut atau jamaahnya bisa mencapai 500 sampai 600 orang dari berbagai kabupaten/kota di Kaltim. Jadi, kalau mereka diminta menyetor uang, jumlahnya tentu bisa mencapai miliaran," kata Masum.
Ia mengaku pernah berguru bersama Sumaryono dan sempat ditawarti menjadi penceramah pada padepokan tersebut.
"Kami pernah belajar bersama pada seorang Kyai, tetapi beberapa tahun terakhir pemahamannya sudah agak berbeda. Saya bahkan sempat diminta memberikan ceramah kepada para jamaahnya tetapi tidak pernah saya respon," kata Masum.
Salah seorang penjaga padepokan yang tidak mau menyebutkan namanya mengungkapkan, pimpinan Yayasan Padepokan Majelis Talim Daarul Ukhwah tersebut saat ini tengah berada di Jawa.
Ia mengaku tengah sibuk memasak untuk jamaah pengajian yang akan berlangsung Selasa malam.
"Maaf saya hanya tukang masak disini dan pimpinan kami tengah berada di Jawa. Saya mempersiapkan makanan untuk 80 sampai 100 jamaah pengajian nanti malam," kata Yayasan Padepokan Majelis Talim Daarul Ukhwah tersebut.
"Aktifitas pengajian di padepokan yang bernama Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah, setiap Selasa malam masih tetap berjalan seperti biasa. Bahkan, Selasa pekan lalu, masih banyak jamaah yang terlihat menghadiri pengajian," kata Ketua RT 22, Kelurahan Karang Asam Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, Neneng, Selasa.
Dari pantauan pada Selasa sore, pada gerbang pintu pagar terlihat plang nama bertuliskan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah.
Di padepokan yang terletak persis di depan rumah Ketua RT 22 tersebut terlihat lengang.
Hanya ada beberapa penjaga dan dua buah motor terlihat terparkir di halaman padepokan yang disebut sebagai milik Sumaryono yang telah dikukuhkan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai Sultan Agung Ustad Sumaryono, pada November 2015.
Pada papan nama di pintu gerbang padepokan tersebut, tulisan YPDK (Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng) sudah hilang dan terlihat hanya bekas seperti usai dikeruk, tetapi hurufnya masih sangat jelas terlihat.
"Tulisan YPDK itu kemarin (Senin) masih terlihat jelas. Jadi, kemungkinan huruf tersebut dikeruk tadi pagi," tutur Neneng.
Aktifitas di Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah lanjut Neneng, sudah mulai berlangsung sejak 2011.
Kegiatan di padepokan itu kata ia, sempat mendapat protes warga sekitar karena dinilai mengganggu.
"Sejauh ini, tidak ada warga saya yang ikut di padepokan itu. Bahkan, banyak warga mengeluh dengan kegiatan mereka yang menggunakan pengeras suara sehingga warga merasa terganggu. Kegiatan mereka biasanya mulai berlangsung setelah Shalat Isya hingga pukul 24. 00 Wita," katanya, sambil memperlihatkan tanda tangan surat keberatan 120 warga sekitar, terkait aktifitas padepokan tersebut.
"Tetapi, setelah berita penangkapan Dimas Kanjeng Taat Pribadi muncul di media, aktifitas mereka mulai berkurang dan biasanya hanya sampai pukul 22. 00 atau 23. 00 Wita. Bahkan, foto Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang sempat terpampang di pagar padepokan tersebut, sudah dilepas," tutur Neneng.
Dimas Kanjeng Taat Pribadi tambah ia, sempat berkunjung ke padepokan tersebut pada 8 November 2015.
Saat itu Dimas Kanjeng Taat Pribadi kata Neneng, juga mengukuhkan pemilik padepokan sebagai Sultan Agung Ustad Sumaryono.
"Dia (Sumaryono) merupakan warga disini dan dikukuhkan menjadi Sultan Agung saat kedatangan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Saat itu, panitia sempat menyampaikan undangan dan penyampaian terkait kegiatan tersebut. Pada undangan tersebut tertulis kegiatan pengajian," ucap Neneng.
Selama ini kata ia, tidak ada aktifitas yang menyimpang di padepokan tersebut.
"Hanya saja, aktifitasnya yang diprotes warga karena menggunakan pengeras suara dan dilakukan hingga larut malam," kata Neneng.
Salah seorang warga Tenggarong, Kutai Kartanegara, Novi mengatakan, adiknya yang bernama Hartono, seorang pengusaha di Samarinda merupakan salah satu jamaah padepokan tersebut.
Bahkan kata Novi, pada April 2016, ia sempat dimintai tolong Suhartono, adiknya, mentransfer uang Rp50 juta ke rekening Michael Budiyanto, salah satu pengikut Dimas Kanjeng Taat Prbadi, yang ikut ditangkap terkait kasus pembunuhan dua pengikutnya.
"Saya sempat mentransfer uang Rp50 juta ke rekening Michael Budiyanto. Saat itu, saya dimintai tolong adik saya, katanya uang untuk mahar," tutur Novi.
Suhartono lanjut Novi, mulai menjadi jamaah di Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Majelis Talim Daarul Ukhwah sejak 2013.
"Kemungkinan, uang yang disetor adik saya sudah mencapai Rp500 sampai Rp600 juta. Kalau kegiatan istigosah menurut saya tidak ada masalah tetapi dengan adanya penarikan dana itulah yang memunculkan kekhawatiran dan saya sempat mengingatkan adik saya," jelasnya.
Sampai saat ini tamah ia, adiknya belum mendapatkan penggantian atas sejumlah uang yang telah disetorkan tersebut.
Sementara, salah seorang sahabat Sumaryono yang dinobatkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi menjadi Sultan Agung, Ustad Masud mengungkapkan, pengikut di padepokan tersebut jumlahnya bisa mencapai ratusan orang.
"Para pengikut atau jamaahnya bisa mencapai 500 sampai 600 orang dari berbagai kabupaten/kota di Kaltim. Jadi, kalau mereka diminta menyetor uang, jumlahnya tentu bisa mencapai miliaran," kata Masum.
Ia mengaku pernah berguru bersama Sumaryono dan sempat ditawarti menjadi penceramah pada padepokan tersebut.
"Kami pernah belajar bersama pada seorang Kyai, tetapi beberapa tahun terakhir pemahamannya sudah agak berbeda. Saya bahkan sempat diminta memberikan ceramah kepada para jamaahnya tetapi tidak pernah saya respon," kata Masum.
Salah seorang penjaga padepokan yang tidak mau menyebutkan namanya mengungkapkan, pimpinan Yayasan Padepokan Majelis Talim Daarul Ukhwah tersebut saat ini tengah berada di Jawa.
Ia mengaku tengah sibuk memasak untuk jamaah pengajian yang akan berlangsung Selasa malam.
"Maaf saya hanya tukang masak disini dan pimpinan kami tengah berada di Jawa. Saya mempersiapkan makanan untuk 80 sampai 100 jamaah pengajian nanti malam," kata Yayasan Padepokan Majelis Talim Daarul Ukhwah tersebut.
Pewarta: Amirullah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: