Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) dinilai layak mendapatkan prioritas pertama untuk mengajukan penawaran terhadap aset-aset di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat di Jawa Barat, yang akan dilepas Chevron Indonesia Company.

Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), selama ini juga telah mengoperasikan sejumlah lapangan panas bumi di Indonesia dengan baik, kata Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Purnomo di Jakarta, Selasa.

"PGE mengetahui secara pasti kondisi lapangan karena Chevron dalam JOC dan ESC secara rutin melaporkan ke Pertamina. Dan PGE telah mengoperasikan lapangan panas bumi di Indonesia dengan baik selama lebih dari 30 tahun," katanya.

Menurut Abadi, WKP Salak dan Darajat merupakan milik Pertamina yang kemudian dioperasikan Chevron melalui joint operation contract (JOC) dan energy sales contract (ESC) pada 1984.

Dua anak perusahaan Chevron, Chevron Geothermal Indonesia Ltd mengelola Darajat dan Chevron Geothermal Salak Ltd, mengoperasikan Salak.

Operasi Darajat memasok uap panas bumi ke pembangkit yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 270 megawatt (MW).

Sementara operasi Salak, salah satu operasi panasbumi terbesar di dunia, memasok uap ke enam unit pembangkit listrik, tiga di antaranya merupakan milik perusahaan dengan total kapasitas operasi mencapai 377 MW.

"Proses akuisisi, termasuk aset SDM, tidak perlu diragukan kompetensi Pertamina. Beberapa akuisisi Pertamina terhadap lapangan migas hasilnya cukup baik," ujarnya.

Abadi mengatakan jika aset panas bumi Salak dan Darajat berhasil dikuasai kembali oleh Pertamina akan makin membuktikan komitmen kuat pemerintah dalam pengembangan panas bumi nasional.

"Ini juga membuktikan bahwa anak bangsa bisa mengelola aset panas bumi dengan baik. Pertamina juga akan menjadi the biggest producer of geothermal energy," kata Abadi.

Sementara itu, manajamen Pertamina menyatakan siap untuk mengambil alih aset-aset panas bumi yang akan dilepas Chevron.

"Insya Allah Pertamina siap dari sisi operasional maupun pendanaan untuk mengakuisisi aset geothermal milik Chevron," kata Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam.