Kemenperin dorong generasi muda belajar membatik
3 Oktober 2016 11:07 WIB
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani bersama Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menggunting untaian melati pada Pembukaan Pameran Batik Pusaka Budaya Bangsa dalam rangka Peringatan Hari Batik Nasional di Jakarta. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan terkait terus berupaya mengedukasi para generasi muda Indonesia untuk belajar membatik dalam rangka meningkatkan kecintaan terhadap batik sebagai warisan budaya dunia sekaligus mendorong penumbuhan wirausaha baru.
“Misalnya, kami tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan kegiatan ekstrakurikuler membatik pada Sekolah Menengah Kejuruan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih lewat siaran pers di Jakarta, Senin.
Gati menyampaikan hal itu pada Pembukaan Pameran Batik Pusaka Budaya Bangsa dalam rangka Peringatan Hari Batik Nasional.
Kegiatan ini dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yultin Ginanjar Kartasasmita, istri Wakil Gubernur DKI Jakarta Heppy Djarot Saiful Hidayat, serta Ketua Hari Batik Nasional 2016 Nita Kenzo.
Gati meyakinkan, gerakan melestarikan, menggunakan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya tak benda dimasyarakat selama ini telah mendongkrak permintaan batik nasional dan pertumbuhan industri batik di dalam negeri.
"Peluang pasar batik saat ini juga sangat terbuka luas, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Nita menyampaikan, Yayasan Batik Indonesia telah menluncurkan program menarik tahun ini, yaitu Batik Karya Saya guna memberikan rasa bangga pada generasi muda terhadap batik nasional.
Program ini juga memberikan pelatihan membatik secara cuma-cuma kepada 50 siswa SMK 27 Jakarta, karena sekolah tersebut memiliki jurusan tata busana.
"Kreativitas mereka sangat berkembang, termasuk saat membuat turnamen batik. Mereka sudah bisa membayangkan, jika membuatmotif seperti ini nantinya pola bajunya akan seperti apa," kata Nita.
Pelatihan tersebut telah diberikan sebanyak 13 kali selamaSeptember 2016. Para siswa memulai latihannya setiap pulangsekolah.
Upaya tersebut disambut baik oleh Puan, karena merupakan wujud nyata dari gerakan revolusi mental sebagai penumbuhan rasa nasionalisme yang dapat ‘mengakar’ pada generasi muda Indonesia.
“Anak-anak kita harus mau belajar membatik. Saat ini sudah adapendidikan vokasionalnya. Pemerintah juga terus berupayamembangun infrastruktur untuk menunjang hal tersebut,” tuturnya.
Lebih lanjut Puan mengatakan, program pelatihan membatik ini perlu sinergi dengan pelaku industri untuk menyalurkan para lulusan.
“Di samping itu, perlu juga sinergi untuk menyesuaikankebutuhan industri saat ini. Biar sejalan antara lulusan dengan dunia kerja,” tegasnya.
Puan menambahkan, perlu program dan kegiatan strategis bersama antara Kementerian/Lembaga dengan pihak terkait dalam mempertahankan kearifan lokal terutama untuk mengajak generasi muda Indonesia memahami dan memakai batik buatan dalam negeri.
“Diperlukan juga sosialisasi secara masif kepada anak-anak agar mengetahui batik jenis apa yang dipakai dan jangan pakai yang impor,” ujarnya.
“Misalnya, kami tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan kegiatan ekstrakurikuler membatik pada Sekolah Menengah Kejuruan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih lewat siaran pers di Jakarta, Senin.
Gati menyampaikan hal itu pada Pembukaan Pameran Batik Pusaka Budaya Bangsa dalam rangka Peringatan Hari Batik Nasional.
Kegiatan ini dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yultin Ginanjar Kartasasmita, istri Wakil Gubernur DKI Jakarta Heppy Djarot Saiful Hidayat, serta Ketua Hari Batik Nasional 2016 Nita Kenzo.
Gati meyakinkan, gerakan melestarikan, menggunakan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya tak benda dimasyarakat selama ini telah mendongkrak permintaan batik nasional dan pertumbuhan industri batik di dalam negeri.
"Peluang pasar batik saat ini juga sangat terbuka luas, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Nita menyampaikan, Yayasan Batik Indonesia telah menluncurkan program menarik tahun ini, yaitu Batik Karya Saya guna memberikan rasa bangga pada generasi muda terhadap batik nasional.
Program ini juga memberikan pelatihan membatik secara cuma-cuma kepada 50 siswa SMK 27 Jakarta, karena sekolah tersebut memiliki jurusan tata busana.
"Kreativitas mereka sangat berkembang, termasuk saat membuat turnamen batik. Mereka sudah bisa membayangkan, jika membuatmotif seperti ini nantinya pola bajunya akan seperti apa," kata Nita.
Pelatihan tersebut telah diberikan sebanyak 13 kali selamaSeptember 2016. Para siswa memulai latihannya setiap pulangsekolah.
Upaya tersebut disambut baik oleh Puan, karena merupakan wujud nyata dari gerakan revolusi mental sebagai penumbuhan rasa nasionalisme yang dapat ‘mengakar’ pada generasi muda Indonesia.
“Anak-anak kita harus mau belajar membatik. Saat ini sudah adapendidikan vokasionalnya. Pemerintah juga terus berupayamembangun infrastruktur untuk menunjang hal tersebut,” tuturnya.
Lebih lanjut Puan mengatakan, program pelatihan membatik ini perlu sinergi dengan pelaku industri untuk menyalurkan para lulusan.
“Di samping itu, perlu juga sinergi untuk menyesuaikankebutuhan industri saat ini. Biar sejalan antara lulusan dengan dunia kerja,” tegasnya.
Puan menambahkan, perlu program dan kegiatan strategis bersama antara Kementerian/Lembaga dengan pihak terkait dalam mempertahankan kearifan lokal terutama untuk mengajak generasi muda Indonesia memahami dan memakai batik buatan dalam negeri.
“Diperlukan juga sosialisasi secara masif kepada anak-anak agar mengetahui batik jenis apa yang dipakai dan jangan pakai yang impor,” ujarnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: