Pemprov Jateng didorong optimalkan ekspor batik
2 Oktober 2016 17:12 WIB
Hari Batik Nasional. Pengrajin menorehkan lilin (malam) ke atas kain putih bermotif batik di Pameran Batik Indonesia Pusaka Dunia di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (2/10/2016). Pameran yang digelar hingga 9 Oktober tersebut dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Semarang (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah didorong mengoptimalkan ekspor batik dari berbagai kabupaten/kota guna menambah pendapatan asli daerah.
"Hingga saat ini, kontribusi dari ekspor batik belum dapat banyak meningkatkan pendapatan asli daerah Jateng sehingga perlu dioptimalkan," kata anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Ikhsan Mustofa di Semarang, Minggu.
Ia mengungkapkan bahwa Provinsi Jateng memiliki banyak corak batik yang tidak dimiliki provinsi lain dan memiliki suatu cerita yang menggambarkan kondisi suatu daerah sehingga bisa dijual ke luar negeri.
Menurut dia, industri batik sangat membantu meningkatkan perekonomian daerah, bahkan saat ini batik asal Jateng sudah menembus pasar internasional.
"Selain merupakan warisan budaya para leluhur, batik juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera itu.
Selain mendorong optimalisasi ekspor batik, Ikhsan juga melihat ada perkembangan signifikan dari industri batik Jateng sehingga hal tersebut seharusnya dimanfaatkan Pemprov Jateng sebagai sarana untuk pengembangan sekaligus peningkatan pendapatan asli daerah.
"Pemerintah seharusnya memberikan fasilitas dan membantu membuka jalan untuk memasarkan produk industri batik agar jangkauannya semakin luas," katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng, setidaknya ada 22 titik di Jateng yang menjadi persebaran industri batik, di antaranya Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, dan Batang (barat), kemudian Kota Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Rembang, dan Blora (timur).
Di wilayah selatan dan tengah masing-masing adalah Kabupaten Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, dan Purworejo (selatan), serta Magelang, Wonosobo, Solo, Klaten, Boyolali, Sragen dan Karanganyar (tengah).
"Hingga saat ini, kontribusi dari ekspor batik belum dapat banyak meningkatkan pendapatan asli daerah Jateng sehingga perlu dioptimalkan," kata anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Ikhsan Mustofa di Semarang, Minggu.
Ia mengungkapkan bahwa Provinsi Jateng memiliki banyak corak batik yang tidak dimiliki provinsi lain dan memiliki suatu cerita yang menggambarkan kondisi suatu daerah sehingga bisa dijual ke luar negeri.
Menurut dia, industri batik sangat membantu meningkatkan perekonomian daerah, bahkan saat ini batik asal Jateng sudah menembus pasar internasional.
"Selain merupakan warisan budaya para leluhur, batik juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera itu.
Selain mendorong optimalisasi ekspor batik, Ikhsan juga melihat ada perkembangan signifikan dari industri batik Jateng sehingga hal tersebut seharusnya dimanfaatkan Pemprov Jateng sebagai sarana untuk pengembangan sekaligus peningkatan pendapatan asli daerah.
"Pemerintah seharusnya memberikan fasilitas dan membantu membuka jalan untuk memasarkan produk industri batik agar jangkauannya semakin luas," katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng, setidaknya ada 22 titik di Jateng yang menjadi persebaran industri batik, di antaranya Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, dan Batang (barat), kemudian Kota Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Rembang, dan Blora (timur).
Di wilayah selatan dan tengah masing-masing adalah Kabupaten Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, dan Purworejo (selatan), serta Magelang, Wonosobo, Solo, Klaten, Boyolali, Sragen dan Karanganyar (tengah).
Pewarta: Wisnu Adhi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: