Jakarta (ANTARA News) - Sosiolog Universitas Nasional Nia Elvina menilai fenomena pengkultusan sosok spiritual berkaitan dengan proses perubahan nilai menuju masyarakat tradisional menuju modern yang belum selesai.
“Seharusnya dalam masyarakat modern, nilai yang berkembang dalam masyarakat adalah nilai rasionalitas,” kata Nia saat dihubungi ANTARA News, Sabtu.
Dia melanjutkan, kondisi seperti ini yang kemudian dimanfaatkan orang-orang yang mengaku “pintar” dalam hal spiritual.
Akibatnya, banyak orang -termasuk mereka yang berpendidikan tinggi atau bahkan pejabat publik- yang masih percaya hal-hal berbau klenik atau takhayul.
Nia berpendapat ada dua hal yang bisa jadi solusi fenomena tersebut, yakni sistem pendidikan dan peningkatan peran ulama.
“Pendidikan yang berbasis atau berideologikan sistem Pancasila ini sebenarnya pemikiran brilian yang mengakomodasi perkembangan nilai dalam masyarakat Indonesia,” tutur dia.
Yang harus digarisbawahi adalah sila pertama yang disebutnya bisa mengakomodasi kebutuhan nilai spiritual dalam masyarakat Indonesia. Sementara, empat sila lain adalah perwujudkan nilai modernitas, seperti kemanusiaan dan keadilan.
Sementara itu, ulama dari berbagai agama di masyarakat berperan penting untuk menyebarkan ilmu pada umat.
“Untuk memberikan pengetahuan bagaimana nilai-nilai agama seidealnya kepada pemeluk agama masing-masing,” imbuh dia.
Alasan masyarakat masih percaya takhayul
1 Oktober 2016 13:09 WIB
ilustrasi - suatu goa (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: