Jakarta (ANTARA News) - Tokoh pers Siti Latifah Herawati Diah beberapa kali menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Medistra, Jakarta, sebelum meninggal dunia Jumat pagi pukul 04.15 WIB karena sakit paru-paru dan penyempitan pembuluh darah pada kaki kiri.

Herawati dibawa ke rumah sakit setelah mengeluhkan kaki kirinya sakit, yang kemudian diketahui akibat aliran darah tidak lancar.

Dokter kemudian memberikan obat pengencer darah, namun obat tersebut menimbulkan masalah lambung pada istri mantan Menteri Penerangan BM Diah itu.

"Ibu muntah darah kemudian dirawat di ICU. Banyak cairan juga di paru-parunya sehingga perlu disedot, sekitar 600-700 cc cairan diperoleh kemudian dia dipindah ke ruang perawatan biasa," kata putra bungsu Herawati, Nurman Diah, kepada wartawan di rumah duka di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Jumat.

Merasa nafasnya sudah kembali lancar dan tidak ada penyakit lain pada organ tubuhnya, Herawati minta pulang ke rumah.

Namun, baru dua hari dirawat di rumah, perempuan pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar sarjana di luar negeri itu kembali kesulitan bernafas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan bolak-balik masuk ICU untuk disedot cairan paru-parunya.

Pada Kamis (29/9), cairan di kedua paru-paru Herawati kembali diambil meskipun menurut Nurman kondisi ibunya sudah koma, dengan lengan yang dingin dan mulai membengkak.

"Akhirnya orang rumah sakit bilang 'ya sudah dituntun saja', kemudian saya tuntun (baca kalimat syahadat). Paginya, hampir pas adzan subuh ibu jalan," ujar Nurman tentang kepergian ibunya.

Herawati, penerima penghargaan Bintang Mahaputra pada 1978, meninggal dunia pada usia 99 tahun. (Baca juga: In Memoriam -- Herawati Diah, wartawati penerjemah teks Proklamasi Kemerdekaan RI)

Jenazahnya akan dimakamkan setelah shalat Jumat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan kubur sang suami, Burhanuddin Muhammad Diah (1917-1996).