Kupang (ANTARA News) - Pembina Persatuan Kempo Indonesia (Perkemi) Nusa Tenggara Timur (NTT) Barnabas Djurumana mengatakan perolehan tujuh medali emas oleh atlet Kempo di PON menorehkan sejarah baru bagi wilayah ini.
"Ini merupakan sejarah baru bagi atlet NTT, karena baru kali ini kita peroleh tujuh emas, satu perak, dan lima perunggu," katanya kepada Antara saat dihubungi dari Kupang, Kamis.
Barnabas yang saat ini masih berada di Bandung, Jawa Barat, mengaku sangat puas dengan prestasi atlet Kempo tersebut, karena berhasil mengharumkan nama provinsi NTT di ajang PON.
Perolehan ini membuat NTT menjadi Juara umum peroleh medali emas dalam cabang olahraga Kempo.
"Ada 24 atlet yang kami bawa dengan nomor pertandingannya masing-masing. Namun dari 24 atlet Kempo itu hanya satu orang yang gagal mendapatkan medali. Sementara 23 lainnya yang tergabung dalam beberapa nomor campuran berhasil mendapatkan medali," tuturnya.
Hingga saat ini lanjutnya tujuh emas, satu perak dan lima perunggu telah diperoleh para atlet Kempo, sehingga jumlah total semua ada 13 medali yang diperoleh para atlet.
Menurutnya perolehan sejumlah medali tersebut berkat dukungan dari berbagai eleman masyarakat, mulai dari pemerintah daerah serta pemerintah Provinsi dan para donatur.
Pelatih Kempo NTT George Hadjoh mengatakan, sebelum diberangkatkan menuju PON di Jawa Barat pihaknya telah menargetkan akan membawa pulang emas dengan jumlah yang saat ini diperoleh.
"Saat Pra PON kami juga mendapatkan tujuh emas dan kami menjadi juara umum dalam Pra PON 2015 lalu, dan untuk PON memang saya sudah minta agar tetap mempertahankan," tambahnya.
Menurutnya keberhasilan dari para atletnya itu, berkat kerja keras, latihan yang keras yang dilakukan selama 11 bulan lebih.
"Saya sering tekankan kepada mereka untuk tetap disiplin dan takut akan Tuhan, dan hasilnya kita peroleh seperti saat ini," tuturnya.
PON 2016 - Kempo NTT toreh sejarah baru
29 September 2016 08:09 WIB
PON XIX Jabar (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: