IIHLEC jawab persaingan sektor halal global
28 September 2016 20:26 WIB
Konferensi Pers Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (IIHLEC) 2016 dihadiri Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat, Ketua Indonesia Halal Life Center Sapta Nirwandar dan Anggota DPR RI Komisi V Epyardi Asda di Jakarta, Rabu. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (IIHLEC) dinilai sebagai jawaban atas persaingan global di sektor industri halal.
“Ajang ini akan membuktikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim tak sekadar bisa menjadi konsumen industri halal, tapi juga produsen,” kata ketua IIHLEC Sapta Nirwandar melalui keterangan pers di Jakarta, Rabu.
Sapta menyampaikan hal tersebut bersama Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat, yang mewakili Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, saat menggelar konferensi pers di Jakarta.
Acara yang didukung oleh Kemenperin, Kementerian Pariwisata, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Masyarakat Ekonomi Syariah, dan Ciputra Artpreneur ini akan digelar pada 6-8 Oktober 2016 di Jakarta.
Secara keseluruhan expo tersebut akan mencakup 10 sektor yang menjadi bagian dari gaya hidup halal, yakni makanan, pariwisata, fashion, kosmetik, pendidikan, finansial, farmasi, media dan rekreasional, layanan kesehatan dan kebugaran serta seni dan budaya.
Menurut Sapta, penyelenggaraan IIHLEC merupakan bentuk kepedulian atas kurangnya informasi mengenai industri halal di Indonesia. “Sebuah inisiatif untuk membentuk sistem dukungan untuk komunitas muslim agar bisa mengakses dan mendapat pengetahuan tentang produk halal dan layanan dari pemerintah berdasarkan hukum Islam,” paparnya.
Kegiatan ini juga akan menjadi pusat dari aktivitas dan informasi bagi komunitas muslim untuk belajar, menemukan dan diarahkan ke bisnis, produk dan layanan yang halal.
Sementara itu, Sekjen Syarif menyampaikan, Indonesia menempati posisi negara konsumen terbesar dari produk makanan halal dunia saat ini, yaitu sebesar 197 miliar dollarAS dengan diikuti Turki mencapai 100 miliar dollar AS.
Selanjutnya, Indonesia juga menduduki peringkat ke-10 dalam industri dan pasar halal dunia, sedangkan Malaysia peringkat pertama.
“Perkembangan industri halal di Malaysia jauh lebih maju dibanding kita karena Malaysia sedang mengembangkan industri halalnya secara masif,” ungkap Syarif.
Terkait penghargaan tentang program halal, Syarif menyampaikan, Indonesia telah memenangkan tiga kategori Halal Travel Award di United Arab Emirates (UAE) pada tahun 2015.
Selain itu, Lombok yang dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid meraih World’s Best Halal Tourism Destination dan World’s Best Halal Honeymoon Destination, sementara Sofyan Hotel Jakarta mendapatkan penghargaan World’s Best Family Hotel.
“Saat ini, Lombok menjadi sorotan dunia untuk wisata halal. Dan, selanjutnya telah mencanangkan tiga lokasi wisata halal baru, yaitu Aceh, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.
“Ajang ini akan membuktikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim tak sekadar bisa menjadi konsumen industri halal, tapi juga produsen,” kata ketua IIHLEC Sapta Nirwandar melalui keterangan pers di Jakarta, Rabu.
Sapta menyampaikan hal tersebut bersama Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat, yang mewakili Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, saat menggelar konferensi pers di Jakarta.
Acara yang didukung oleh Kemenperin, Kementerian Pariwisata, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Masyarakat Ekonomi Syariah, dan Ciputra Artpreneur ini akan digelar pada 6-8 Oktober 2016 di Jakarta.
Secara keseluruhan expo tersebut akan mencakup 10 sektor yang menjadi bagian dari gaya hidup halal, yakni makanan, pariwisata, fashion, kosmetik, pendidikan, finansial, farmasi, media dan rekreasional, layanan kesehatan dan kebugaran serta seni dan budaya.
Menurut Sapta, penyelenggaraan IIHLEC merupakan bentuk kepedulian atas kurangnya informasi mengenai industri halal di Indonesia. “Sebuah inisiatif untuk membentuk sistem dukungan untuk komunitas muslim agar bisa mengakses dan mendapat pengetahuan tentang produk halal dan layanan dari pemerintah berdasarkan hukum Islam,” paparnya.
Kegiatan ini juga akan menjadi pusat dari aktivitas dan informasi bagi komunitas muslim untuk belajar, menemukan dan diarahkan ke bisnis, produk dan layanan yang halal.
Sementara itu, Sekjen Syarif menyampaikan, Indonesia menempati posisi negara konsumen terbesar dari produk makanan halal dunia saat ini, yaitu sebesar 197 miliar dollarAS dengan diikuti Turki mencapai 100 miliar dollar AS.
Selanjutnya, Indonesia juga menduduki peringkat ke-10 dalam industri dan pasar halal dunia, sedangkan Malaysia peringkat pertama.
“Perkembangan industri halal di Malaysia jauh lebih maju dibanding kita karena Malaysia sedang mengembangkan industri halalnya secara masif,” ungkap Syarif.
Terkait penghargaan tentang program halal, Syarif menyampaikan, Indonesia telah memenangkan tiga kategori Halal Travel Award di United Arab Emirates (UAE) pada tahun 2015.
Selain itu, Lombok yang dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid meraih World’s Best Halal Tourism Destination dan World’s Best Halal Honeymoon Destination, sementara Sofyan Hotel Jakarta mendapatkan penghargaan World’s Best Family Hotel.
“Saat ini, Lombok menjadi sorotan dunia untuk wisata halal. Dan, selanjutnya telah mencanangkan tiga lokasi wisata halal baru, yaitu Aceh, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: