Jakarta (ANTARA Newsz) - Google sedang menjadi pembicaraan di Indonesia terkait masalah pajak. Sebenarnya tak hanya di tanah air, di beberapa negara besar terutama Eropa, Google juga menghadapi kasus pajak, selain monopoli bisnis dunia maya tentunya.

Dengan gaya bisnis yang tak terpikirkan oleh orang-orang, Google telah melangkahi banyak regulasi pajak di seluruh dunia. Hal ini hanya satu di antara banyak masalah yang ditimbulkan Google. Dengan banyaknya jumlah pengguna Google di Indonesia dan seluruh dunia, isu privasi dan pengumpulan data pengguna yang dilakukan Google juga perlu mendapat perhatian.

Ini tidak hanya sebatas mencari nama kita sendiri di mesin pencari Google. Google tahu lebih banyak tentang kita dari apa yang kita bayangkan. Google bisa mengenali siapa dan apa preferensi setiap individu yang menggunakan layanannya, meskipun hanya digunakan sebentar saja. Kita benar-benar sulit lepas dari pantauan Google ketika beraktivitas di internet.

Tidak ada makan siang yang gratis. Menurut Sven Krumrey dalam blognya di laman blog.ashampoo, kita menggunakan berbagai layanan yang ditawarkan Google secara gratis dan sebagai timbal baliknya kita menyerahkan data dan informasi ke mereka. Jika kita menggunakan layanan Google berarti kita sudah setuju terhadap pernyataan dan kebijakan tersebut.

Hal ini dilakukan oleh Google karena selain setiap aktivitas pencarian pengguna akan tercatat dan tersimpan, mereka juga akan membuat profil pengguna berdasarkan kebiasaan ber-internetnya. Semua aplikasi dan layanan Google sudah saling terintegrasi untuk memudahkan pengguna dan juga untuk kemudahan pengumpulan data pengguna.

Salah satu layanan Google adalah My Activity. Jika fitur ini diaktifkan, maka semua aktivitas pengguna yang pernah dilakukan melalui semua layanan Google akan diketahui dan disimpan. Layanan itu antara lain Google Chrome, Maps, Plus, Photos, Hangouts, Drive, Mail, dan Youtube.

Jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 65 juta pada 2016. Ponsel smartphone tersebut mayoritas menggunakan sistem operasi Android yang dimiliki oleh Google. Aplikasi Google Maps yang ada di ponsel pengguna akan melacak dan menyimpan kemana pengguna pernah berpergian atau ketika menuju suatu tempat tertentu. Baik itu ke kantor, sekolah, atau pusat perbelanjaan.

Hal lain yang Google ketahui tentang kita adalah apa yang pernah kita cari di mesin pencariannya. Semakin sering menggunakan layanan Google Search, mereka akan semakin paham tentang hal apa yang kita inginkan. Karena mengetahui usia, jenis kelamin dan bahasa pengguna, Google pun tahu iklan dan konten yang tepat untuk ditampilkan lewat berbagai macam layanannya.

Suara dan wajah kita juga diketahui oleh Google melalui aplikasi Google Now, Google Voice, dan Voice Search. Jika kita pernah menggunakan voice command, maka suara kita pun terekam dan tersimpan oleh Google. Sementara fitur video call dari Google Hangout dapat mendeteksi wajah pengguna.

Google juga bisa tahu siapa saja teman, relasi, dan anggota keluarga kita. Semakin sering kita berkomunikasi dengan seseorang, dapat disimpulkan bahwa semakin penting orang tersebut bagi kita dan Google mengetahuinya. Google+, media sosial milik Google, menjadi sumber data untuk mengumpulkan informasi tentang teman, foto, pekerjaan, minat, dan lain-lain.

Dari data dan informasi yang sudah terkumpul tersebut akan memudahkan pengguna dan menghemat waktu ketika melakukan aktivitas tertentu. Ketika melakukan pencarian misalnya, akan ditampilkan secara spesifik apa yang kita mau. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan preferensi yang selama ini mereka ketahui tentang kita.

Di sisi lain, banyaknya data pengguna yang mereka simpan dan ketahui menjadi mengerikan dan berbahaya. Google bahkan lebih banyak mengetahui informasi tentang seseorang lebih dari lembaga intelijen sekalipun.

Google secara terbuka menyatakan tentang pengumpulan data yang mereka lakukan. Mereka juga memberi pilihan kepada pengguna untuk meninjau kembali kebijakan ini, apakah mengganggu atau justru sebaliknya.

Berbagai macam data dan informasi yang dikumpulkan Google dari penggunanya dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan mereka. Tapi tidak menutup kemungkinan juga untuk meningkatkan pemasukan keuangan mereka dari data pengguna yang dibagikan ke pihak ketiga atau pihak pengiklan.

Memang nampaknya tidak mungkin jika kita berhenti menggunakan berbagai layanan dan produk Google. Namun setidaknya batasi apa saja yang dapat Google ketahui tentang informasi pribadi kita. Matikan semua pencatatan dan penyimpanan pada My Activity. Segera hapus jika ada data dan informasi kita yang masih tersimpan pada My Activity.

Jika merasa khawatir terhadap data yang dikumpulkan oleh Google, ada alternatif mesin pencari yang dapat digunakan, di antaranya yaitu StartPage, DuckDuckGo, atau OpenStreetMap. Memang masih belum sehebat dan sekomprehensif dibanding Google, tapi setidaknya tidak ada data pengguna yang dikumpulkan.

Sudah saatnya Indonesia mempunyai aplikasi dan layanan Over The Top (OTT) buatan dalam negeri. Dengan hal ini setidaknya data yang tersimpan menjadi lebih aman karena server berada di tanah air dan langsung diawasi. Dari segi sumber daya, SDM Indonesia sudah banyak diakui dunia internasional. Seharusnya tidak sulit bagi pemerintah untuk mulai membangun dan mengembangkan OTT lokal. Hanya dibutuhkan kebijakan dan bantuan prasarana yang mendukung terwujudnya OTT dalam negeri.

*)Penulis adalah pegiat keamanan cyber dan kriptografi. Kini aktif sebagai Chairman CISSReC (Communication and Information System Security Research Center), lembaga riset non-profit di bidang keamanan cyber dan komunikasi.

(A015/T007)