Jambi (ANTARA News) - Kelompok ahli astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian di situs percandian Muaro Jambi, Provinsi Jambi, guna menentukan koordinat geografis komplek candi itu secara akurat.

"Kami juga mengukur waktu ketika matahari tepat berada di zenith (tiang yang berdiri tegak tidak akan mempunyai bayangan), kata ahli sstronomi dari ITB, Prof Dr Suhardja D Wiramihardja, di komplek Candi Muaro Jambi, Senin.

Selain itu, penelitian yang dilakukan para ahli astronomi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB itu juga untuk melihat konfigurasi posisi masing-masing bangunan candi Hindu-Buddha itu.

"Banyak tujuannya dari penelitian yang dilakukan ini, diantaranya juga dalam mempersiapkan rangkaian acara pada Festival Tanpa Bayangan 2017," katanya.

Sebelum melakukan penelitian ini, tim melengkapi peralatan sundial (jam matahari) dan alat pengukuran bayangan matahari serta melihat dan memotret candi-candi selengkapnya.

Ahli astronomi lain ITB, Dr Moedji Raharto, mengatakan, banyak hal yang harus dijawab terkait ketiadaan bayangan Matahari di komplek percandian Muarojambi pada waktu tertentu, sebagaimana yang dicatatkan I Tsing (pendeta Buddha) yang namanya tak akan bisa dilepaskan dari keberadaan situs Muaro Jambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi itu.

"Metode pengukuran bayangan matahari ini berdasarkan obervasional sains, semua ilmunya dikembangkan berdasarkan pengamatan dan dari data-data sains," katanya menjelaskan.

Berdasarkan catatan perjalanan I'Tsing disebutkan Candi Muaro Jambi yang merupakan komplek candi Hindu Buddha terluas di Indonesia itu diduga pusat ibu kota Kerajaan Sriwijaya. Juga dicatatkan I'Tsing salah satunya adalah pada 27 September waktu tengah hari tidak ada terjadi bayangan.

"Melakukan penelitian dari perhitungan itu untuk mengetahui apakah memang sudah ada objek dan menunjukan kita mempunya data-data yang benar," kata Raharto.