Washington (ANTARA News) - Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump pada Minggu (25/9) memberitahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa jika dia terpilih maka Amerika Serikat akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menurut tim kampanyenya.

Dalam pertemuan satu jam lebih dengan Netanyahu di Trump Tower, New York, Trump mengatakan kepada Netanyahu bahwa di bawah pemerintahannya Amerika Serikat akan "mengakui Yerusalem sebagai ibu kota tak terbagi bagi Negara Israel."

Israel menyebut Yerusalem sebagai ibu kotanya dan beberapa negara termasuk Amerika Serikat menerimanya, namun kebanyakan negara menempatkan kedutaan besarnya di Tel Aviv.

Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, sebagai ibu kota negara yang mereka bentuk di samping Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Dalam pertemuan tertutup dengan Netanyahu, menurut tim kampanyenya Trump sepakat dengan Netanyahu bahwa perdamaian di Timur Tengah hanya bisa dicapai ketika "warga Palestina meninggalkan kebencian dan kekerasan dan menerima Israel sebagai Negara Yahudi."

Menurut notulensi pertemuan dari tim kampanye Trump, keduanya juga mendiskusikan "panjang" pagar batas Israel, mengutip Trump mengacu pada kebijakan imigran kontroversial dia yang meliputi pembangunan dinding di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko dan sementara melarang Muslim memasuki negaranya.

Diskusi keduanya juga meliputi masalah-masalah regional lain seperti perang melawan ISIS, bantuan militer Amerika Serikat untuk Israel yang disebut "investasi terbaik" dan kesepakatan nuklir Iran, yang dikritik kedua pihak, demikian menurut warta kantor berita Reuters.