Jakarta (ANTARA News) - Bursa efek Indonesia (BEI) menilai keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya akan berdampak positif bagi fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Secara global, isu itu berpengaruh baik ke pasar modal kita. Suku bunga AS yang dipertahankan akan mendorong investor kembali melirik tempat investasi yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Kamis.

Di tengah situasi itu, menurut dia, pemodal global akan sendirinya datang ke negara yang menawarkan imbal hasil tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang menawarkan imbal hasil tinggi di dunia.

"Kalau kondisi di eksternal sudah begitu, maka investor akan datang dengan sendirinya," ucapnya.

The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga AS di level 0,25-0,5 persen.

Dari dalam negeri, kata dia, kebijakan Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga acuan (7-day Repo Rate) yang sesuai dengan harapan pasar juga akan direspon positif investor.

"Teorinya, tingkat suku bunga turun orang akan berinvestasi, salah satunya di saham. Kalau tingkat suku bunga naik, orang akan menaruh uang di bank," katanya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini (Kamis, 22/9) memutuskan menurunkan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis points (bps) dari 5,25 persen menjadi 5,00 persen.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa keputusan The Fed itu memberikan kepastian bagi pasar, sehingga peluang apresiasi bagi IHSG dapat berlanjut.

"Sentimen positif pasar dari keputusan the Fed dapat menjaga arah IHSG ke area positif," katanya.