PON 2016 - Menpora akan evaluasi penyelenggaraan PON
22 September 2016 15:26 WIB
Petugas kepolisian berusaha meredam kericuhan usai pertandingan antara atlet Wushu Jabar Selviah Pertiwi dengan atlet Wushu Sumut Rosalina Simanjuntak pada final nomor Sanda PON XIX di Gor Padjajaran,Bandung, Jabar, Rabu (21/9). Kericuhan terjadi karena ofisial Jabar menilai keputusan juri memihak lawan dan memenangkan altet wushu Sumut. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Spt/16)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi akan mengevaluasi penyelenggaraan Pekan Olahraga (PON) XIX/2016 di Jawa Barat menyusul adanya kericuhan dalam ajang olahraga empat tahunan itu.
"Besok saya akan undang PB PON, Gubernur, Wakil Gubernur, Pangdam, Kapolda, seluruh CdM (ketua kontingen) dan KONI untuk evaluasi di Bandung," kata Imam di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui penanganan masalah selama penyelenggaraan PON termasuk mencari akar masalah yang menyebabkan adanya keributan antarsuporter hingga pemukulan dan boikot.
"Ini akan kami evaluasi besar-besaran. Tentu ini tidak boleh berulang lagi dan saya sudah warning (ingatkan) KONI pusat sebagai kepanjangan tangan pemerintah di sana. Jangan sampai menciderai semangat PON yang ingin menjunjung sportivitas dan fair play," katanya.
Imam menyayangkan adanya kericuhan itu karena PON merupakan perang prestasi dan bukan perang otot atau emosi.
Setelah evaluasi, Imam akan membuat regulasi yang ketat untuk menghindari kericuhan atau menjadikan PON hanya sebagai ajang mencari bonus, adu gengsi antardaerah atau ajang reuni.
"Kita ingin PON menjadi ajang nasional yang diikuti altet maksimal 23 tahun," katanya.
Imam juga akan membatasi transfer atlet antardaerah dan bonus, agar bonus diberikan sesuai dengan kemampuan daerah.
Sebelumnya, kericuhan terjadi di cabang olahraga polo air saat pertandingan semifinal Jawa Barat melawan Sumatera Selatan. Namun, kericuhan itu merembet ke bangku tribun penonton.
Bahkan, rekaman kericuhan di tribun penonton tersebut sudah menyebar di media sosial dan sempat menjadi viral dengan tagar #PONJabarKacau.
Kericuhan juga terjadi pada final wushu Sanda kelas kelas 52 kg puteri yang mempertemukan Rosalina Simajuntak dari Sumatera Utara melawan Selviah Pertiwi dari Jawa Barat yang berakhir dengan skor 2-1.
Ketua Pengrov Wushu Jawa Barat Edwin Sanjaya yang merasa tidak puas dengan keputusan wasit langsung turun ke lapangan, bahkan nekad naik ke atas matras dan mengajak seluruh wasit untuk berkelahi.
Merasa tidak dilayani, Edwin memprovokasi penonton Jawa Barat untuk turun ke lapangan.
Kerusuhan baru berakhir setelah petugas keamanan turun ke lapangan, akibat kericuhan tersebut pertandingan babak final wushu terpaksa dihentikan selama 1,5 jam.
"Besok saya akan undang PB PON, Gubernur, Wakil Gubernur, Pangdam, Kapolda, seluruh CdM (ketua kontingen) dan KONI untuk evaluasi di Bandung," kata Imam di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui penanganan masalah selama penyelenggaraan PON termasuk mencari akar masalah yang menyebabkan adanya keributan antarsuporter hingga pemukulan dan boikot.
"Ini akan kami evaluasi besar-besaran. Tentu ini tidak boleh berulang lagi dan saya sudah warning (ingatkan) KONI pusat sebagai kepanjangan tangan pemerintah di sana. Jangan sampai menciderai semangat PON yang ingin menjunjung sportivitas dan fair play," katanya.
Imam menyayangkan adanya kericuhan itu karena PON merupakan perang prestasi dan bukan perang otot atau emosi.
Setelah evaluasi, Imam akan membuat regulasi yang ketat untuk menghindari kericuhan atau menjadikan PON hanya sebagai ajang mencari bonus, adu gengsi antardaerah atau ajang reuni.
"Kita ingin PON menjadi ajang nasional yang diikuti altet maksimal 23 tahun," katanya.
Imam juga akan membatasi transfer atlet antardaerah dan bonus, agar bonus diberikan sesuai dengan kemampuan daerah.
Sebelumnya, kericuhan terjadi di cabang olahraga polo air saat pertandingan semifinal Jawa Barat melawan Sumatera Selatan. Namun, kericuhan itu merembet ke bangku tribun penonton.
Bahkan, rekaman kericuhan di tribun penonton tersebut sudah menyebar di media sosial dan sempat menjadi viral dengan tagar #PONJabarKacau.
Kericuhan juga terjadi pada final wushu Sanda kelas kelas 52 kg puteri yang mempertemukan Rosalina Simajuntak dari Sumatera Utara melawan Selviah Pertiwi dari Jawa Barat yang berakhir dengan skor 2-1.
Ketua Pengrov Wushu Jawa Barat Edwin Sanjaya yang merasa tidak puas dengan keputusan wasit langsung turun ke lapangan, bahkan nekad naik ke atas matras dan mengajak seluruh wasit untuk berkelahi.
Merasa tidak dilayani, Edwin memprovokasi penonton Jawa Barat untuk turun ke lapangan.
Kerusuhan baru berakhir setelah petugas keamanan turun ke lapangan, akibat kericuhan tersebut pertandingan babak final wushu terpaksa dihentikan selama 1,5 jam.
Pewarta: Santoso
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016
Tags: