Jakarta (ANTARA News) - Peneliti senior Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, mengatakan, partai-partai politik perlu cermat memilih calon yang akan diusung pada Pilkada DKI Jakarta 2017; karena bisa jadi PDI Perjuangan sedang memainkan "drama politik".
"Opini penolakan sejumlah kader PDI Perjuangan terhadap Basuki Purnama bisa bermakna ganda. Karena itu, partai lain perlu cermat memilih calon untuk bersaing dengan Ahok," kata Wibowo, saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, dinamika di internal PDI Perjuangan, termasuk pernyataan kader yang menolak Ahok, bisa diartikan memiliki dua makna. Pertama, bisa jadi benar ada sejumlah kader dan pemilih PDI Perjuangan yang menolak Ahok diusung sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Makna yang kedua, dan yang perlu diwaspadai, kata dia, adalah dinamika itu sengaja dikelola sebagai bagian dari taktik dan strategi politik PDI Perjuangan untuk mengaburkan, mengulur waktu, mengunci kompetitor agar tidak memiliki banyak waktu untuk menyusun strategi yang baik atau untuk menaikkan posisi tawar.
"Apa yang terjadi dalam pertarungan politik tak jarang mirip dengan cerita film drama. Semua cerita dalam film drama tergantung sutradaranya," tuturnya.
Begitu pula dengan dinamika politik yang terjadi di internal PDI Perjuangan dalam pemilihan calon yang akan diusung pada Pilkada DKI Jakarta 2017 yang menurut Karyono seperti film drama.
"Sebelumnya, ada beberapa kader yang mengisyaratkan menolak Ahok, tetapi pada akhir cerita, PDI Perjuangan tetap mengusung pasangan Ahok-Djarot," katanya.
Padahal, Wibowo mengatakan, keputusan PDI Perjuangan mengusung Ahok-Djarot sebenarnya sudah bisa diperkirakan dari awal karena sudah ada beberapa pertanda yang ditunjukkan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri.
PDI Perjuangan dinilai mainkan "drama politik"
22 September 2016 11:47 WIB
Ilustrasi Pilkada DKI Jakarta 2017. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: