Seoul (ANTARA News) - UNICEF melaporkan pada Selasa (20/9), bencana banjir yang belum lama ini melanda Korea Utara menyebabkan puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal dan kasus gizi buruk serta penyakit melonjak.

Sedikitnya 138 warga tewas dan ratusan orang lainnya hilang setelah hujan lebat memicu bencana banjir di wilayah utara negara tersebut, sementara tim penyelamat baru dapat menjangkau wilayah terpencil yang dilanda bencana tragis tersebut.

"Tingkat kerusakan (akibat banjir) sangat mencengangkan," ujar Anil Pokhrel, pejabat UNICEF yang meninjau lokasi bencana di Musan, wilayah perbatasan dengan China yang dipisahkan oleh Sungai Tumen.

Kasus penyakit dan gizi buruk mengalami lonjakan, menurut keterangan UNICEF. Sejumlah klinik melaporkan jumlah anak yang membutuhkan bantuan meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum bencana melanda.

Kasus infeksi pernapasan, diare dan gangguan pencernaan juga makin banyak terjadi.

Petugas bantuan membagikan selai kacang kepada anak-anak, yang digunakan untuk mengatasi gizi buruk akut dan memperingatkan bahwa jumlah kasus gizi buruk akan melonjak drastis jika tidak ada uluran bantuan.

"Ada kebutuhan yang sangat untuk akses yang layak dan baik untuk makanan, gizi, air bersih, kesehatan, dan fasilitas sanitasi yang layak," kata Pokhrel.

Rumah, jalan, dan jalur kereta terendam air di area tersebut. Sebanyak 24.000 kehilangan tempat tinggal, terputus dari akses bantuan, dan berjuang untuk mencari makanan dan air bersih.

"Kerusakan yang terjadi pada skala yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan," kata Pokhrel.

Negara miskin itu, rentan terhadap bencana alam khususnya banjir, sebagian karena deforestasi dan infrastruktur yang buruh. (ab/)