Risma baca puisi saat rekonstruksi perobekan bendera Belanda
19 September 2016 16:31 WIB
Pameran Pendidikan Non-Formal dan Informal Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berbincang dengan oara pelajar saat Pameran Widya Wahana Pendidikan Non-Formal dan Informal (PNFI) di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (19/8/2016). Pameran PNFI yang diikuti oleh 36 PKBM dan 73 LKP tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan menggali potensi para generasi muda. (ANTARA FOTO/Moch Asim)
Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membacakan puisi kemerdekaan saat acara rekonstruksi sejarah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang Hotel Mojopahit) Jalan Tunjungan, Surabaya, Senin. Acara tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November.
Acara menampilkan teatrikal perobekan bendera Belanda dari warna merah-putih-biru (triwarna) menjadi merah dan putih (dwiwarna) oleh kelompok Roodenbrug Surabaya dan sejumlah kelompok teater lain.
"Lo jangkrik diganti gendero-e (benderanya), gak terimo aku (tidak terima saya)," ucap salah satu pemain teater dengan dialek khas Surabaya saat konvoi mobil Jeep para serdadu Belanda mendatangi gedung hotel Yamato.
Dalam rekontruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru (simbol negara Belanda) di atas gedung Hotel Yamato.
"Merdeka, merdeka, merdeka!" teriak para pejuang usai merobek bendera biru menjadi merah dan putih.
Usai adegan perobekan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini didaulat membacakan puisi kemerdekaan.
"Surabaya tidak mau dijajah oleh bangsa manapun. Untuk itu, kita harus lawan penjajah yang ingin menguasai Surabaya. Merdeka. Merdeka. Merdeka!" pekik Risma di atas panggung upacara yang didirikan di depan hotel Mojopahit.
Rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016 itu diikuti oleh 2.000 pelajar dan berbagai kelompok komunitas masyarakat. Mereka mengenakan pakaian ala pejuang.
Selain Risma, sejumlah tokoh Surabaya juga menyampaikan orasi kemerdekaan, diantaranya Ketua PWI Jatim H Akhmad Munir yang juga Kepala Biro LKBN Antara Jatim.
Sementara akses jalan Tunjungan sejak pukul 06.00 WIB sudah di tutup dan arus lalu lintas dialihkan ke Jalan Gentengkali, Praban dan Bubutan.
Sekitar pukul 09.30 WIB, akses lalu lintas di jalan Tunjungan sudah bisa dibuka kembali untuk masyarakat.
Acara menampilkan teatrikal perobekan bendera Belanda dari warna merah-putih-biru (triwarna) menjadi merah dan putih (dwiwarna) oleh kelompok Roodenbrug Surabaya dan sejumlah kelompok teater lain.
"Lo jangkrik diganti gendero-e (benderanya), gak terimo aku (tidak terima saya)," ucap salah satu pemain teater dengan dialek khas Surabaya saat konvoi mobil Jeep para serdadu Belanda mendatangi gedung hotel Yamato.
Dalam rekontruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru (simbol negara Belanda) di atas gedung Hotel Yamato.
"Merdeka, merdeka, merdeka!" teriak para pejuang usai merobek bendera biru menjadi merah dan putih.
Usai adegan perobekan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini didaulat membacakan puisi kemerdekaan.
"Surabaya tidak mau dijajah oleh bangsa manapun. Untuk itu, kita harus lawan penjajah yang ingin menguasai Surabaya. Merdeka. Merdeka. Merdeka!" pekik Risma di atas panggung upacara yang didirikan di depan hotel Mojopahit.
Rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016 itu diikuti oleh 2.000 pelajar dan berbagai kelompok komunitas masyarakat. Mereka mengenakan pakaian ala pejuang.
Selain Risma, sejumlah tokoh Surabaya juga menyampaikan orasi kemerdekaan, diantaranya Ketua PWI Jatim H Akhmad Munir yang juga Kepala Biro LKBN Antara Jatim.
Sementara akses jalan Tunjungan sejak pukul 06.00 WIB sudah di tutup dan arus lalu lintas dialihkan ke Jalan Gentengkali, Praban dan Bubutan.
Sekitar pukul 09.30 WIB, akses lalu lintas di jalan Tunjungan sudah bisa dibuka kembali untuk masyarakat.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: