Xiamen, Tiongkok (ANTARA News) - Warga Xiamen di Provinsi Fujian di pantai timur Tiongkok mulai mengemasi barang mereka setelah Topan Meranti melewati tempat tinggal mereka pekan lalu, sehingga menewaskan 28 orang dan membuat 15 orang lagi belum ditemukan.
Pemerintah Kota Xiamen pada Minggu (18/9) mengumumkan taman kanak-kanak, sekolah dasar serta sekolah swasta ditutup selama dua atau tiga hari, sementara pasokan listrik dan layanan angkutan umum belum pulih.
Topan paling kuat di dunia pada tahun ini tersebut adalah yang paling kuat yang menerjang Fujian sejak catatan dimulai pada 1949.
Topan itu membawa hujan lebat dan angin kencang dengan kecepatan sampai 48 meter per detik ketika memasuki daratan pada Kamis pagi (15/9), hari pertama liburan tiga-hari di Tiongkok untuk memperingati Festival Musim-Gugur.
Minggu merupakan hari kerja pertama setelah liburan. Dinas pendidikan di kota tersebut menyatakan penutupan sekolah akan membantu mengurangi tekanan lalu-lintas, sementara banyak tentara, guru dan wali murid masih ikut dalam upaya pertolongan.
Pembangkit listrik di kota itu mengatakan topan tersebut mengganggu pasokan listrik buat 620.000 rumah tangga, sebagaimana dikutip dari Xinhua, Senin sore. Sejauh ini, 70 persen operasi pembangkit listrik kembali normal.
Topan itu merusak lebih dari 90 persen daerah hijau di Kota Xiamen.
Lebih dari 10.000 pekerja terlibat dalam pembersihan puing dan pohon dari jalan.
Wang Weijun, Wakil Ketua Biro Taman dan Hutan Xiamen, mengatakan tanaman yang tumbang menghalangi lalu-lintas.
Pulau pelancongan terkenal di Xiamen, Gulangyu, tetap ditutup sejak Jumat. Layanan semua feri antara pulau itu dan pelabuhan di Xiamen telah dibatalkan.
Komite pengelola pulau tersebut mengatakan kepada Xinhua bahwa lebih dari 3.000 pohon tumpang diterjang Topan Meranti, dan 20 bagian jalan serta 15 tembok rusak.9-2016 15:55:18
Xiamen lancarkan pemulihan setelah dilanda topan Meranti
19 September 2016 16:10 WIB
Sebuah mobil berjalan melewati rambu lalu lintas yang roboh akibat angin kencang topan Meranti, di Kaohsiung, Taiwan, Rabu (14/9/2016). (REUTERS/Stringer )
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: