Puluhan anak korban GB, salah satunya anak pesohor
15 September 2016 17:55 WIB
Pemeriksaan Gatot Brajamusti Polda Metro Jaya Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Gatot Brajamusti alias AA Gatot (kanan) dikawal petugas saat menjalani pemeriksaan di Subdit Resmob Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (5/9/2016). Gatot Brajamusti diperiksa terkait kepemilikan senjata api yang ditemukan dirumahnya yakni jenis Walther kaliber 22 mm dan Glock 26 mm yang sempat diakuinya didapat dari seseorang berinisial AS. (ANTARA /Reno Esnir) ()
Jakarta (ANTARA News) - Tidak hanya delapan anak, ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Ni'am Sholeh, mengungkapkan ada puluhan anak yang menjadi korban Gatot Brajamusti, termasuk satu anak pesohor negeri.
"Bahkan tidak hanya delapan anak, informasi yang masuk ke kami, tetapi belum verified, itu puluhan," kata Asrorun, ditemui usai mendatangi Angelina Sondakh di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis.
Yang menjadi masalah, menurut Asrorun, tidak semua memiliki keberanian untuk melaporkan. Untuk itu, KPAI menyediakan mekanisme pelaporan termasuk memastikan kerahasiaan korban.
"Makanya kami sampaikan juga bahwa pelaporan ini tidak di dalam kerangka untuk penghukuman, tetapi pelaporan ini semata untuk kepentingan proses pemulihan dan rehabilitasi," ujar dia.
"Ini kepentingan terbaik bagi anak-anak sehingga jika ada yang menjadi korban dan takut terpublikasi dipersilakan secara khusus datang untuk menghubungi kantor KPAI," lanjut dia.
Asrorun mengatakan ada satu korban Gatot Brajamusti yang merupakan anak dari salah seorang pesohor.
"Infonya ada (korban dari anak pesohor), temannya AM, masih usia anak, yang sampai ke kami 1 orang," kata Asrorun.
"Tetapi kuncinya sebenarnya ada tanggung jawab orang tua, ketika orang tua tahu jangan justru menyembunyikan informasi itu, tetapi bagaimana secara bersama-sama bahu-membahu menyelamatkan anak dari pengaruh dan penyalahgunaan narkotika," tambah dia.
Sehingga anak bisa berhenti dengan cara proses rehabilitasi yang dapat dilakukan dengan cara mandiri atau dilakukan malalui pusat rehabilitasi milik pemerintah.
"Bahkan tidak hanya delapan anak, informasi yang masuk ke kami, tetapi belum verified, itu puluhan," kata Asrorun, ditemui usai mendatangi Angelina Sondakh di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis.
Yang menjadi masalah, menurut Asrorun, tidak semua memiliki keberanian untuk melaporkan. Untuk itu, KPAI menyediakan mekanisme pelaporan termasuk memastikan kerahasiaan korban.
"Makanya kami sampaikan juga bahwa pelaporan ini tidak di dalam kerangka untuk penghukuman, tetapi pelaporan ini semata untuk kepentingan proses pemulihan dan rehabilitasi," ujar dia.
"Ini kepentingan terbaik bagi anak-anak sehingga jika ada yang menjadi korban dan takut terpublikasi dipersilakan secara khusus datang untuk menghubungi kantor KPAI," lanjut dia.
Asrorun mengatakan ada satu korban Gatot Brajamusti yang merupakan anak dari salah seorang pesohor.
"Infonya ada (korban dari anak pesohor), temannya AM, masih usia anak, yang sampai ke kami 1 orang," kata Asrorun.
"Tetapi kuncinya sebenarnya ada tanggung jawab orang tua, ketika orang tua tahu jangan justru menyembunyikan informasi itu, tetapi bagaimana secara bersama-sama bahu-membahu menyelamatkan anak dari pengaruh dan penyalahgunaan narkotika," tambah dia.
Sehingga anak bisa berhenti dengan cara proses rehabilitasi yang dapat dilakukan dengan cara mandiri atau dilakukan malalui pusat rehabilitasi milik pemerintah.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: